Kesabaran Yang berbuah Manis Untukku
Menyadarkan diri…. bahwa diriku… tak lagi kau butuhkan
Hanya jadi cerita… kisah singkat masa lalu yang mungkin
tak terlupakan…
Awal yang terasa indah sungguh nyaman menentramkan…
Berbalik.. berubah sekejap mata.. Bicara semaunya menilai
rendah kasihku…
kau fikir ku pijakkan dalam langkahmu… langkah hidupmu
Sekarang kau bisa… puas tersenyum.. bahagia dengan ruang
hidup barumu…
tapi fikirkan… suatu saat nanti… kau akan mengerti sakit
yang di hati…
(Ripper Clown_Seperti Diriku)
Yah aku rasa lirik lagu Ripper Clown
diatas yang berjudul Seperti diriku bisa menjadi gambaran hatiku saat ini
setelah kisah cintaku dengan Pacarku berakhir.
Saat aku sedang duduk sendirian di sebuah
pantai memandang lautan lepas didepanku seseorang memanggilku, “Risa” aku menoleh.
“Kak Riski” ucapku kaget dan buru- buru berdiri saat melihat Kak Riski sudah
berada disampingku.
“Risa kamu kenapa, kok nangis?” tanya Kak
Riski curiga. “Enggak kok Kak aku Cuma kelilipan aja” ucapku mengelak dan buru
– buru menghapus air mataku yang tersisa. “Risa Kamu itu gak pinter bohong,
Kamu kenapa?” tanya Kak Riski lembut membuatku tidak bisa mengelak lagi.
“Aku putus sama Dion Kak” ucapku pelan
setelah aku kembali duduk. “Kok bisa?” tanya Kak Riski kaget dan segera
mengambil posisi duduk disebelahku, “dia udah mainin aku Kak” jawabku pelan.
“Maksud kamu?” tanya Kak Riski lagi.
“Selama ini dia belum putus sama mantannya Kak and dia Cuma jadiin aku sebagai pelarian
doank di saat dia lagi bermasalah sama pacarnya” ucapku mulai menangis, membuat
Kak Riski iba dan merangkulku.
“Risa putus cinta itu udah biasa jadi kamu
gak usah nangis lagi ya? jadiin aja ini sebagai pelajaran buat kamu supaya gak
gampang percaya lagi sama perkataan orang” nasihat Kak Riski bijak setelah aku
selesai mengeluarkan semua ganjalan di hatiku, Aku terdiam.
“Lagipula Kamu itu masih muda Ris, jalan
hidupmu masih panjang and masih banyak cowok yang pasti jauh lebih baik dari si
Dion kok, Jadi gak usah sedih lagi ya anggap aja dia bukan jodohmu” lanjut Kak
Riski lagi membuatku langsung memandangnya “Makasih ya Kak” ucapku sambil
melepaskan diri dari rangkulan kak Riski. “Iya sama – sama Risa” ucap Kak
Riski tersenyum. “By the Way Kak Riski kesini sama siapa?” tanyaku lagi. “Sendiri, Kamu?’ tanya Kak Riski balik. “Sama
aku juga sendiri” jawabku singkat. “Tumben, mang teman – temanmu pada kemana?”
tanya Kak Riski lagi “gak tau Kak coz hari ini aku belum dapet komunikasi and
ketemu sama mereka sich” jawabku lagi.
“Oiya cewek Kakak mana kok gak diajak
kesini?” tanyaku lagi membuat Kak Riski terdiam. “Aku udah gak punya cewek Ris”
ucap Kak Riski singkat. “Kok bisa? Mangnya ceweknya Kakak kenapa?” tanyaku bertubi
– tubi karena heran.
“Dia di jodohin sama ortunya Ris and karang udah pindah keluar kota” jawab Kak
Riski pelan dengan ekpresi wajah yang sedih. “O… gitu, Maaf ya Kak kalau
pertanyaanku ini bikin Kakak sedih” ucapku menyesal.
“apaan sich Ris, gak usah minta maaf gitu
kali. Aku gak apa – apa kok” jawab Kak Riski tersenyum. “awalnya sich aku emang
shock and gak terima tapi lama – kelamaan aku mikir walau aku gak jadi sama dia
toh hidup aku terus berjalan jadi buat apa aku terlalu terpaku sama masalah
ini, mungkin dia emang buka jodohku” lanjut Kak Riski tersenyum.
“Yups bener banget tuh Kak, yang sabar aja
ya aku yakin Kakak bakalan dapet cewek yang mungkin jauh lebih baik dari dia
kok” ucapku tersenyum. “Makasih ya Ris buat doanya” ucap Kak Riski
tersenyum memandangku.
“Yups
sama – sama Kak” jawabku singkat. Saat ini perasaanku campur aduk antara sedih
karena habis putus dengan pacarku, sedih mendengar kisah cinta Kak Riski yang
kandas di tengah jalan namun senang karena ternyata saat ini kami sama – sama
jomblo.
Jujur
dari awal mengenal Kak Riski aku sudah tertarik dengannya namun karena saat itu
dia sudah punya pacar makanya aku memutuskan untuk mundur, awalnya aku tidak
mau menyerah untuk mendapatkan hati Kak Riski namun saat bertemu dengan Della
Pacar Kak Riski dan melihat bagaimana hubungan mereka aku sadar dan memutuskan
untuk mundur teratur.
Hingga
akhirnya aku bertemu dengan Dion dan menjalin hubungan dengannya, namun setelah
6 bulan berlalu akhirnya aku tau kalau selama ini Dion hanyan mempermainkanku, walau sedih dan
kecewa namun aku harus bisa menerima ini semua.
Malam harinya saat aku tengah duduk di
balkon kamar, Teman – temanku datang. “Malam Risa” sapa Venny dan Melly bersamaan.
“Malam juga tumben dateng gak bilang – bilang?” tanyaku saat mereka sudah duduk
disampingku. “Gak kenapa sich kebetulan tadi kami lewat jadi sekalian aja
mampir” jawab Venny tersenyum. “oiya gimana hubunganmu sama Dion Ris? tanya Venny
lagi.
“Hm.. aku udah putus sama dia Ven” jawabku
sedih. “Kok bisa?” tanya Venny dan Melly bersamaan. Akupun segera menceritakan
peritiwa yang terjadi tadi siang disaat aku memergoki Dion tengah makan bersama
seorang cewek di sebuah Mall.
“O..
gitu, Ya udah sabar aja ya Ris entar juga dapet gantinya” ujar Melly
merangkulku. “Yups bener tuh Ris kamu sabar aja ya entar kita bantu nyari –
nyari yang baru deh” Ujar Venny ikutan merangkulku. “Makasih ya” ucapku
tersenyum. “Sama – sama Risa” ucap Venny dan Melly bersamaan.
Saat itulah Ibuku datang dan memberi tau
kami bahwa Dion datang jelas saja hal itu membuat kami bertiga kaget dan saling
pandang. “ngapain dia kesini? Pede banget jadi orang?” ucap Melly heran.
“Iya, terus gimana mau ditemuin gak?” tanya Venny sambil memandangku. “Males ah
bikin emosi aja” jawabku ketus.
“Ibu
tolong bilangin sama Dion aku udah tidur atau apalah aku males ketemu dia”
ucapku malas membuat Ibuku tidak bisa
berkomentar apa – apa dan pergi meninggalkan kamarku. tidak lama kemudian aku
mendengar suara motor Dion yang pergi meninggalkan rumahku. Saat tengah mengobrol
dengan Melly dan Venny handphoneku berdering 1 sms masuk dari Dion disitu
tertulis:
“ Risa maafin aku ya karena udah ngecewain
kamu. Tapi perlu kamu tau aku bener – bener sayang sama kamu dan pingin milikin
kamu tapi aku gak bisa kalau harus ninggalin Dewi sekarang karena suatu alasan sekali
lagi maafin aku ya Ris”.
Selesai
membaca sms itu Risa kembali menangis membuat Melly dan Venny yang tengah asyik
membaca majalah langsung menghentikan kegiatan mereka dan mengalihkan pandangan
mereka ke arahku, “Kamu kenapa Ris?” tanya Venny bingung sedangkan Melly
langsung meraih handphoneku dan membaca sms yang Dion kirim barusan.
“Udahlah
Ris jangan nangis lagi Dion itu gak pantes untuk kamu tangisin masih banyak hal
yang lebih berharga dari pada Dion untuk air matamu itu” jawab Melly bijak.
“Iya bener kata Melly Ris, udah jangan nangis lagi ya toh masih ada Kak Riski
cowok yang kamu sayang dari dulu” ucap Venny mengingatkanku membuatku terdiam
sejenak dan buru – buru menghapus air mataku, “Thanks ya” ucapku pelan. Mereka
mengangguk.
Hari
berganti hari minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan tidak terasa 3
bulan telah berlalu dan aku sudah mulai bisa melupakan semua kenanganku bersama
Dion dan mulai belajar untuk membuka hati untuk cowok lain walau sebenarnya aku
masih berharap bisa pacaran dengan Kak Riski namun ternyata Tuhan berkehendak
lain dan belum mengijinkanku untuk berpacaran dengan Kak Riski karena 1 bulan
setelah Kak Riski putus dari pacarnya Dia di pindah tugaskan oleh kantornya ke
kota lain.
Awalnya
aku sempat shock karena lagi – lagi aku harus kehilangan orang yang berarti dalam
hidupku tapi mengingat statusku yang hanya berteman denga Kak Riski aku
berusaha menerima itu semua dan aku bersyukur walau kami berjauhan komunikasi
diantara kami tetap berjalan dengan baik.
Satu
tahun berlalu semenjak Kak Riski pindah keluar kota dan proyek terbaru yang dia
kerjakan pun telah selesai sehingga dia bisa kembali lagi ke kota ini tentu
saja hal itu membuatku merasa senang banget karena bisa kembali bertemu dan
berkumpul bersama Kak Riski dan sore ini aku berinisiatif menjemput Kak Riski
di Bandara bersama Venny dan Melly.
“Hai
Ris” sapa kak Riski saat melihatku duduk di ruang tunggu, akupun bangkit. “Hai
juga Kak” jawabku tersenyum. “Kok gak bilang – bilang sich mau jemput aku?”
tanya Kak Riski setelah kami saling berhadapan. “gak kenapa sich Cuma mau buat surprise aja buat kakak” ucapku
tersenyum membuat Kak Riski ikutan tersenyum.
“by
the way kesini sama siapa Ris?” tanya Kak Riski lagi saat melihatku hanya
sendirian, belum sempat aku menjawab Melly dan Venny telah kembali dari membeli
minuman dan langsung bergabung bersama kami.
“Hai kak Riski” sapa Venny dan Melly
bersamaan. “Hai juga” balas kak Riski , “Makasih ya udah mau nemenin adik aku disini”
lanjut Kak Riski lagi sambil tersenyum melirikku.
“Hm.. adik ketemu gede ya” ucap Venny
tersenyum usil “apaan sich Ven gak usah usil deh” jawabku sewot membuat Venny
dan Kak Riski tertawa. “udah - udah gak usah ribut gitu mending kita pulang aja
yuk udah makin sore nich” ucap Melly mengusulkan kami menurut.
Malam
harinya Melly dan Venny datang ke rumahku setelah mereka tau kalau kak Riski
sedang berkunjung kerumahku. Saat kami tengah membantu Bi Ijah menyiapkan
minuman dan camilan Venny dan Melly memintaku untuk mengajak kak Riski pergi bareng
mereka malam minggu besok karena kebetulan mereka berdua hendak pergi dengan
pacar mereka masing – masing. awalnya aku menolak permintaan Melly dan Venny
namun mereka berdua keburu mengajak kak Riski pergi.
“Oke
deh kebetulan aku emang pingin ngajak Risa jalan – jalan kok dan aku rasa pergi
bareng – bareng juga seru” jawab kak Riski tersenyum membuatku refleks
memandangnya, aku melihat kak Riski tersenyum memandangku.
“Kamu bisa temenin aku jalan – jalan kan
besok?” tanya Kak Riski aku mengangguk. “Sipp deh kalau gitu malam minggu ini
kita pergi bareng ya?” tanya Venny memastikan Kak Riski mengangguk.
Sesuai rencana malam minggu ini kami pergi
bareng saat aku hendak menghampiri Kak Riski yang tengah memesan makanan aku
bertabrakan dengan seseorang.
“Bruk”, “Maaf” ucap seseorang yang
menabrakku, “Risa” ucap seseorang yang menabrakku membuatku menoleh dan aku
sempat kaget saat melihat Dion ada di depanku.
“Hai Dion apa kabar?” tanyaku tersenyum dan
berusaha santai untuk menutupi kekagetanku tapi aku jadi heran saat melihat Dion
tengah memandangku heran sekaligus sedih. “Hm.. aku baik – baik aja kok, kamu
gimana?” tanya Dion balik.
“Yah.. seperti yang kamu liat aku baik –
baik aja kok” jawabku datar dan tersenyum. “Risa aku” ucap Dion terhenti saat
Melly dan Venny datang, “Risa kok lama sich” ucap Melly terhenti saat melihat
Dion ada disitu juga “Dion” ucap Venny
kaget sedangkan Melly hanya diam.
“Hay Ven Hai Mel” ucap Dion tersenyum,
tapi Melly tetap diam dan Venny hanya tersenyum sekilas. Belum sempat kami
bersuara lagi handphone Dion berdering sekilas aku melihat foto wanita yang
dulu aku temui sedang makan bersama Dion di tempat ini juga Dion yang menyadari
aku melihat foto dan nama yang tertera di layar ponselnya buru – buru
mengangkat telpon itu dengan ekpresi wajah yang tidak enak hati.
“Iya sayang aku kesana karang” jawab Dion
buru – buru menyudahi obrolan di telponnya dan kembali memandangku. “Ya udah
deh Girls aku pergi dulu ya” ucap Dion tersenyum aku mengangguk namun baru
selangkah Dion melangkah dia berbalik dan menghampiri aku lagi, tanpa aku duga
dia langsung memelukku membuatku kaget dan buru – buru mendorong tubuhnya tapi
Dion tetap memelukku. “Risa maafin aku” ucapnya pelan terdengar sedih dan amat
menyesal.
“Cukup Dion gak usah ngomong gitu lagi,
bagi aku itu udah masa lalu jadi tolong gak usah di bahas lagi” ucapku tegas setelah
berhasil melepaskan diri dari pelukkan Dion. “Tapi Ris aku tuh” ucap
Dion terhenti saat Melly bersuara.
“Udahlah
Yon” ucap Melly terhenti juga saat melihat Kak Riski datang. “Kak Riski” ucapku
singkat dan buru – buru bergeser kesamping Kak Riski membuat Kak Riski heran.
“Hm.. Kamu Dion kan?” tanya Kak Riski
kepada Dion. “Iya kamu siapa?” tanya Dion balik. “Kenalin Aku Riski
pacar baru Risa” jawab Kak Riski tegas membuat aku, Venny dan Melly melongo kaget
dan refleks memandang kearah Kak Riski tapi Kak Riski tidak perduli dan tetap
melanjutkan aktingnya.
“O..
gitu maaf aku gak tau, selamat ya Ris” ucap Dion tersenyum tapi aku tau saat
ini Dion hanya berpura – pura tersenyum untuk menutupin kesedihan dan kekecewaan,
namun aku berusaha untuk mengendalikan diri dengan santai menjabat tangannya.
“Makasih”
jawabku singkat, Dionpun segera
meninggalkan kami setelah sempat memandang aku dan kak Riski bergantian, Walau
kaget aku bersyukur karena Dion mempercayai ucapan Kak Riski itu.
“Kak
Riski” panggilku pelan Kak Riski menoleh, “ada apa Ris?’ tanya Kak Riski.
“Makasih ya Kak udah bantu aku barusan” jawabku pelan, Kak Riski tersenyum, memegang
ke dua pipiku dan menggeleng.
“Gak usah bilang makasih gitu Ris aku emang
sayang sama kamu kok dan aku pingin miliki kamu, kamu mau gak jadi pacarku?”
tanya Kak Riski santai membuatku langsung diam mematung saking kagetnya karena
tidak menyangka kak Riski akan berkata seperti itu sat ini. “Akhirnya Kak Riski
nembak Risa juga” ucap Venny senang memecah keheningan diantara kami berempat.
“Selamet
ya Ris akhirnya cintamu berbalas juga” ucap Melly tersenyum dan langsung
memelukku, Veny mengikuti. “Maksud kalian apa sich?” tanya Kak Riski memandang
Venny dan Melly bergantian.
“udah deh Kak gak usah usil gitu dari dulu kakak
tau kan kalau Risa nich emang suka sama kakak,
ya kan ?”
tanya Melly membuat Kak Riski tersipu malu. “So kamu mau terima aku jadi pacar
kamu gak Ris?” tanya kak Riski lagi,
“Iya
Kak aku mau hadi pacar kakak” ucapku tersenyum membuat Kak Riski memandangku
penuh arti. “Makasih ya Ris aku sayang banget sama kamu” ucap Kak Riski
langsung memelukku dan mengecup keningku.
“Kak Riski apaan sich malu nich banyak
orang” jawabku bingung. “Yee.. biarin aja biar semua tau kalau kamu tuh Cuma
milik aku” ucap Kak Riski tersenyum membuatku terdiam tanpa bisa berkata apa –
apa karena malu.
“Cieh… cieh Risa malu tuh” goda Venny dan
Melly bersamaan. “Huss jangan gitu donk kasian kan cewekku di ledekin gitu”
ucap Kak Riski sewot untuk membelaku membuatku makin malu dan memukul lengannya
pelan. “apan sich Kak jangan usil deh” ucapku ketus membuat Kak Riski, Venny
dan Melly tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar