Ku Tunggu Cinta-Ku Kembali
Aku titipkan kotak musik kesayanganku ini kepadamu
Tolong di jaga baik – baik
ya…
Semoga kamu selalu setia
menungguku…
Orang yang selalu
menyayangimu,.. Raditya
Ya diatas adalah surat terakhir yang aku terima dari Raditya
kekasihku yang sedang menempuh pendidikannya di Universitas terkenal yang
berada di Yogyakarta, awalnya aku tidak bisa menerima keputusan Raditya
tersebut tapi setelah aku banyak berfikir dan merenung aku memutuskan untuk
tidak bersikap egois dan mengijinkan Raditya untuk menempuh pendidikannya di
luar Bali tempat tinggalku saat ini.
Sore itu aku baru saja selesai menonton film di Bioskop saat
di perjalanan pulang tiba – tiba Raditya menghentikan mobilnya di pinggir jalan
dekat rumahku. “Lho Say kenapa berhenti disini?” tanyaku bingung namun bukannya
menjawab pertanyaanku Raditya malah mengecup keningku dan memelukku erat –
erat. “ ada apa Sayang?” tanyaku bingung tapi Raditya tetap diam dan semakin
mengeratkan pelukannya.
“Aku sayang banget sama kamu Vin” ucap Raditya pelan. “iya
aku tau, aku juga sayang banget sama kamu Dit” ucapku tersenyum sambil mengelus
punggung Raditya. “Say besok aku harus pindah ke Yogyakarta” ucap adit pelan
dan nyaris tertelan namun kata – kata itu berhasil membuatku kaget
dan langsung melepaskan diri dari pelukan Raditya. “Kamu beneran mau ninggalin
aku?” tanyaku pelan yang di jawab anggukan oleh Radit. “maafin aku Say, aku
terpaksa ngelakuin ini” jawab adit pelan dan mulai mengatakan alasan
kepindahannya.
“CUKUP… gak usah dilanjutin” potongku keras sambil menutup
telingaku dan langsung melangkah keluar mobil, Radit menyusul dan mengejarku
kemudian memelukku dari belakang. “LEPAS….” Ucapku berontak tapi Adit tidak mau
melepaskanku dan tetap memelukku erat. “Please Say jangan kayak gini aku juga
terpaksa ngelakuin ini semua” ucap Radit sedih sedangkan aku terdiam dengan
mata berkaca-kaca. “LEPASIN AKU…” teriakku emosi membuat Radit terpaksa
melepaskanku. Setelah itu aku langsung berlari kearah rumahku tanpa
memperdulikan Radit yang terus memanggil dan mengejarku.
“Lho Vi, kamu kenapa? Kok nangis?” tanya mamaku bingung saat
melihatku datang dengan berurai air mata namun aku tidak menjawab pertanyaan
itu dan berlari kearah kamarku membanting pintu dan menguncinya. “RADIT
BODOH….” Teriakku kencang sambil menarik bad coverku membuat bantal dan boneka
yang menghiasi tempat tidurku jatuh berserakan disekeliling tempat tidurku
setelah itu aku jatuh terduduk lemas dengan air mata yang mengalir deras dari
kedua mataku, hatiku hancur aku sedih dan kecewa akan keputusan Radit itu.
Tok… tok… “Ravina buka pintunya” suara ketukan pintu dan
suara mamaku membangunkanku, entah sejak kapan aku tertidur yang jelas saat aku
bangun keadaan kamarku sudah gelap gulita, dengan langkah gontai aku menghidupkan
lampu kamarku dan membukakan pintu untuk mamaku. “Sayang kamu baik – baik aja
kan?” tanya mamaku lembut namun terdengar cemas. Aku mengangguk dan melangkah
kearah kasur dan duduk. “tadi Radit dateng, dia udah jelasin apa yang terjadi
pada hubungan kalian” ujar mamaku hati-hati, aku diam. “Bukannya mama mau ikut
campur urusan kalian tapi mama Cuma minta sama kamu untuk berfikir dewasa
supaya kamu tidak menyesali keputusanmu” ucap Mama bijak sambil membelai
rambutku lembut. “iya Ma, Vina tau” jawabku pelan. “ya udah kamu mandi aja
dulu, terus makan ya mama mau siapin makan malam dulu” lanjut mamaku terseyum.
Setelah kepergian mamaku aku kembali merenung.
Setelah makan malam aku kembali ke kamar dan duduk di balkon
kamarku sambil memandang langit yang dihiasi beribu – ribu bintang, saat itulah
aku teringat dengan hpku yang aku silent sejak pergi dengan Adit tadi siang
dengan malas aku melangkah kearah tasku yang tergeletak begitu saja di samping
tempat tidurku yang sudah rapi, saat aku hendak menyentuh hpku pintu kamarku
diketuk “ya masuk” jawaku singkat “ada apa Ma?” tanyaku saat melihat mamaku
datang. “ada Adit di bawah”jawab mamaku singkat
“Eits jangan bilang kamu gak mau nemuin Adit ya dari tadi
dia telponin rumah terus gara – gara dia telpon kamu gak diangkat dan dia sms
juga gak mau kamu bales” lanjut mamaku saat melihat ekpresi wajahku yang hendak
membantah. “iya dari tadi hpnya Aku silent, nih baru mau aku ambil” jawabku
datar sambil mengambil hp di tasku dan aku tercengang saat melihat layar hpku yang
tertera tulisan 50 panggilan tak terjawab dan 40 sms dari nomer Radit, “kenapa
sayang?” tanya mamaku heran saat melihat ekspresi wajahku. “tuh kan ayo buruan
temuin Radit kasian dia soalnya mama rasa dia cemas banget sama keadaanmu”
bujuk mamaku lembut. Walau enggan aku menuruti kata – kata mamaku itu dan
mengikuti mamaku turun keruang tamu.
Saat melihatku wajah Adit yang awalnya terlihat kusut
langsung berubah ceria dan dia langsung menghampiriku dan memelukku.
“alhamdulillah kamu baik – baik aja” ucap Radit lega tapi aku hanya diam aku
melihat mamaku tersenyum penuh arti saat memandangku sebelum akhirnya pergi
meninggalkan kami berdua. “Sorry tadi hpku aku silent jadi aku gak tau kamu
telpon and sms aku” jawabku pelan saat kami duduk berdua di teras rumah. “iya
gak apa – apa mamamu udah jelasin semua tadi” jawab Adit tersenyum.
“Vin maafin aku ya untuk masalah tadi sore” jawab adit
sedih. “ enggak harusnya aku yang minta maaf sama kamu karena aku udah egois dan
setelah aku pikir – pikir aku ijinin kamu pergi untuk kuliah di Jogja” ucapku
berusaha menahan air mata yang aku rasa sudah menumpuk di pelupuk mataku. Radit
langsung memelukku erat, “makasih ya Vin, aku janji Vin aku akan selalu kasih
kabar sama kamu dan aku akan usahain untuk selalu pulang jenguk kamu kalo aku
sedang libur kuliah” jawab Radit mantap.
saat mendengar kata – kata Radit itulah air mataku tidak
bisa aku tahan lagi dan aku langsung menangis di dalam pelukan Radit. “ Maafin
aku ya sayang karena harus ngelakuin ini tapi aku berterima kasih banget sama
kamu karena udah mau ngertiin posisiku, aku bersyukur banget bisa punya pacar
yang pengertian kayak kamu” jawab Adit terseyum sambil mengusap air mataku.
Keesokan harinya sesuai rencana aku mengantar Adit ke
bandara selagi menunggu jam keberangkatan pesawat Radit selalu menggenggam
tanganku dan melarangku untuk jauh – jauh darinya walau risih namun aku bisa
mengerti dan menuruti saja permintaan Raditya tersebut. saat jam keberangkatan
pesawat sudah dekat Raditya mengecup kening dan kedua pipiku mesra kemudian
memelukku erat, “aku pergi dulu ya Sayang, jaga diri baik-baik, I Love You’”
bisik Adit tepat ditelingaku aku mengangguk. “Love You to, kamu juga jaga diri
baik-baik ya sayang” ucapku berusaha tersenyum tegar walau hatiku teramat sedih
dan sesak.
“Aku pasti bakalan kangen bangen sama kamu say” ucap Adit
lagi kemudian mengecup keningku lagi lebih lama dari sebelumnya dan dia
memberikanku sebuah kotak merah kecil. “apa ini?’ tanyaku heran. “jaga ini baik
– baik ya sayang” pinta Adit tersenyum “Iya” jawabku singkat. “Ya udah aku
berangkat dulu ya sayang” jawab Radit lagi berusaha tegar walau aku tau saat
ini Adit merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan saat ini. “hati –
hati ya Sayang” ucapku lagi Radit tersenyum dan melangkah meninggalkanku dan
aku pun segera pergi meninggalkan bandara saat aku lihat pesawat yang Radit
tumpangi sudah hilang dibalik awan.
Sejak hari itu kami berhubungan jarak jauh alias Long
Distance awalnya aku merasa berat untuk menjalani hubungan jarak jauh seperti
ini, namun dengan seiring berjalannya waktu Aku mulai terbiasa dengan hubungan Long
Distance ini, lagipula Radit sudah menepati janjinya dengan selalu
memberikanku kabar dan datang menjenggukku disaat dia sedang libur kuliah,
sehingga aku tidak merasa sedang menjalani pacaran jarak jauh dengannya.
“Sayang” panggilku saat kami sedang duduk berdua di pantai saat Radit sedang
liburan ke Bali 2 tahun yang lalu. “ada apa Sayang?” tanya Radit balik. “Kamu
gak capek bolak – balik Jogja Bali terus?” tanyaku pelan.
“Emang kenapa?” tanya Radit heran. “ gak kenapa sich aku gak
mau aja kamu jadi sakit and kenapa – kenapa gara – gara kecapean bolak balik
Jogja Bali terus” jawabku berusaha memberi perngertian kepada Adit. “O..gitu,
thanks ya sayang buat perhatianmu tapi kamu tenang aja aku gak kenapa – kenapa
kok, malah aku seneng bisa bolak – balik Jogja Bali gini, lagian aku kan gak
selalu pulang pas lagi libur, paling juga kalu libur agak lama baru deh aku
pulang” jawab Radit tersenyum sambil membelai rambutku. “Makasih ya Sayang udah
mau ngelakuin ini buat aku” ucapku tersenyum. “Apan sich Sayang jangan ngomong
gitu ah gak enak banget di dengarnya” jawab Raditya yang langsung aku turuti.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan tahun
berganti tahun, tidak terasa 4 tahun telah berlalu Adit sudah menyelesaikan
kuliahnya dan akan kembali ke Bali dan sesuai rencana sore itu Aku menjemput Radit
di Bandara Ngurah Rai. saat melihatku tanpa bisa aku cegah Radit langsung
memelukku dan mencium kening dan kedua pipiku, “Aku kangen banget sama kamu
Say. Thanks ya udah mau jemput aku” Jawab Radit sambil memelukku erat, aku
mengangguk. Setelah itu kami menikah 2 tahun kemudian setelah Raditya menjadi
Wiraswasta dan menetap di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar