TENTANG DESEMBER I
Desember
datang lagi, bulan kelahiranku datang lagi. tinggal menghitung hari umur ku
akan bertambah 1 tahun lagi menjadi 27 tahun. mungkin untuk sebagian orang umur
27 tahun itu umur yang sudah terbilang matang dalam kehidupan, dimana alangkah
baiknya di usia itu seseorang terutama perempuan sudah memiliki keluarga baru yang
terdiri dari suami, serta anak – anak, dan terlepas dari ke 2 orang tua. Tapi
sayang hal itu tidak berlaku untuk diriku, karena sampai saat ini aku masih
sendiri belum terikat dalam suatu maghligai pernikahan.
Bukannya
aku tidak siap atau belum mau menikah namun jodoh lah yang belum datang
menemuiku. Memang saat ini aku memiliki seorang kekasih namun aku tak yakin
akan melangkah ke jenjang pernikahan dengannya. Bagi dia aku bukan tipe wanita
yang cocok untuk di jadikan istri begitu juga dengan ku yang merasa dia bukan
calon imam yang baik untukku. Memang dia
itu tampan dan beramal ibadah yang inshaalah
baik namun sikap nya yang plin – plan dan terkadang kasar pada ku yang membuat ku enggan untuk menapaki maghligai
pernikahan dengannya.
Mungkin
kalian berfikir untuk apa kami masih bertahan dalam suatu hubungan jika salah 1
dari kami masih sanksi atas kelangsungan hubungan kami ini. Jawabannya adalah
karena rasa sayang yang masih kami miliki di dalam hati kami masing – masing
serta rentan waktu yang terbilang cukup lama untuk kami bersama yaitu 3 tahun.
Tiga
tahun itu bukan waktu yang sebentar, karena selama 3 tahun seseorang lulus dari
sekolah menengah pertama atau sekolah menengah keatas. Tak gampang bagi kami
untuk tetap berada dalam suatu hubungan yang Alhamdulillah masih berjalan
hingga saat ini. Sudah banyak cerita yang kami torehkan di buku cinta kami tentang
kisah kasih kami yang tentunya tidak selalu adem ayem saja. Ada saatnya
pertikaan dan perselisihan mewarnai hubungan kami namun Alhamdulillah bisa kami
lewati walau terkadang makan hati.
Jujur
walau rasa pesimis itu ada namun aku tak bisa memungkiri bahwa keinginan untuk
terus bersamanya dalam suatu pernikahan itu masih tertanam di dalam ladang hati
ku yang sudah tidak berwarna lagi. Sudah banyak tumbuhan yang mekar dan gugur
di sana namun selalu ada tumbuhan baru yang lahir dan menggantikan mereka yang telah
gugur.
Memang
selama masa pacaran kami 3 tahun itu aku sering membuat rasa sakit untuknya
karena sikap ku yang tidak baik sehingga membuat keyakinan nya untuk
memperistriku luntur sedikit demi sedikit. Tak jarang dia bertanya kenapa aku tidak
ingin meninggalkannya setiap rasa sakit aku rasa Karena ulahnya, dan lagi –
lagi aku hanya bisa menjawab “aku masih
sayang dia” sok puitis memang namun itulah yang aku rasakan.
Dia
memang tampan namun ketampanan itu seolah tak ada artinya jika dia tidak bisa
memberi rasa nyaman untukku saat tengah bersamanya. Dan akhirnya aku menyerah
di desember 2017 ini. Aku luluskan permintaan dia untuk berpisah walau banjir
air mata sempat menghampiriku. Sakit rasanya saat menyadari perjuangan tak ada
artinya untuk nya.
Usaha
ku untuk tetap mengalah dan terus bersabar menghadapi semua ketidaknyamanan
yang aku rasa karena ulahnya terpaksa harus aku hentikan di akhir desember 2017 ini
disaat hari kelahiranku tinggal beberapa hari lagi. Awalnya aku tetap ingin
bertahan namun sikapnya telah membuat ku sangat kecewa.
Aku
merasa kebenciannya padaku begitu besar sehingga emosi yang selalu aku terima
saat tengah bersamanya. Aku pun memutuskan untuk pasrah dan menghentikan mimpi
indahku bersanding dengannya di pelaminan seperti yang di ridhoi oleh sang maha
kuasa
Jangan tanyakan lagi tentang dia
kepadaku...
karena itu hanya akan membuka kembali luka di hatiku karena ulahnya...
Biarkan lah aku iyakan keinginannya dan merelakan waktu 3 tahun yang kami
jalani bersama - sama menjadi sia - sia hingga tinggal cerita tanpa ada akhir
yang nyata dalam kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar