DIA YANG DATANG BERSAMA HUJAN
"Maaf aku belum bisa pulang" satu kalimat yang sudah berpuluh-puluh kali kudengar sejak beberapa bulan ini. sejak kami harus berjauhan karena sakit yang dideritanya.
Awalnya aku masih bisa legowo mendengar kalimat itu, namun setelah hampir 3 bulan berlalu hati ini mulai berontak saat mendengar ucapannya itu. aku bosan mendengar kalimat itu . julukan sebagai lelaki yang tidak bertanggung jawab aku lekatkan kepada dirinya.
"Kenapa Ayesa? suamimu gak jadi balik lagi ya?" tanya Anastasya sepupuku saat melihatku menghela nafas berat. Aku mengangguk.
"hm... aku tahu kamu bosan dengar kata sabar tapi mau gimana lagi cuma itu saja yang bisa kamu lakukan saat ini" jawab Anastasya terdiam sejenak, menyedot minuman nya.
Tes... tes.. air mata kembali mengalir dari kedua mataku dengan diiringi suara isak tangis, mengalihkan pandangan Anastasya kearahku.
"Kamu kuat Ayesa, ini terjadi bukan cuma sehari atau dua hari, tapi sudah berbulan-bulan dan kamu tetap berdiri tegak diatas kakimu sendiri" lanjut Anastasya berusaha menyemangatiku.
"Apa aku masih harus menganggapnya suami dengan keadaan kayak gini Sya? sudah hampir 3 bulan aku luntang lantung sendiri dan dia tetep kayak gitu" protesku kesal. Air mata makin mengalir deras dari kedua mataku. untung saja kami tengah berada di rumahku sehingga aku bisa bebas menangisi nasibku yang menyedihkan.
"aku tau kamu pasti kecewa Yes, tapi seperti kata bijak para ulama saat wanita sudah menikah dia sudah jadi hak suami , tapi suami setelah menikahpun tetap jadi hak orang tuanya" Jawab Anastasya berusaha menenangkanku.
"Tapi dia sudah baikan Sya, harusnya dia pulang dan bisa jelasin ke keluarganya kalau dia itu sekarang kepala keluaraga, dia punya istri yang jadi tanggung jawab dia" protesku masih berurai air mata. dadaku terasa sesak saat ini, aku ingin berteriak namun percuma tidak akan mengembalikan dia kepadaku.
"Sst... sudah- sudah.. jangan di bebani lagi jiwamu karena dia, anggap aja kamu single sekarang dan aku yakin kamu kuat buat ngejalanin ini semua. kamu itu cewek yang tegar Ayesa" jawab Anastasya berusaha menahan tangis.
Saat tengah kacau seperti itu hujan turun dengan derasnya diringi suara gemuruh geluduk dan petir.
Saat itulah seorang lelaki berjaket biru lewat di depan rumah Ayesa. Laki - laki itu berlari kecil menerobos hujan yang masih turun dengan derasnya.
"Subhanallah cakepnya" pekik Anastasya saat tudung jaket laki-laki itu terbuka dan menunjukan wajah laki-laki tampan itu.
Aku terdiam, dalam hati aku juga mengiyakan ucapan Anastasya itu. Hatiku bertanya-tanya siapa laki-laki itu. Karena baru pertama kali ini Aku melihat laki-laki itu sejak Aku menempati rumah ini satu tahun yang lalu.
"Astagfirullahaladzim" teriakku dan Anastasya saat kilat datang. Buru-buru kami berlari kearah pintu keluar, khawatir terjadi sesuatu pada laki-laki itu.
Sesampainya diluar kami melihat laki-laki itu sudah masuk ke sebuah rumah yang terletak tak jauh dari rumahku. Seorang wanita setengah baya menyambut laki-laki itu dengan pelukan dan membawanya kedalam rumah.
"Siapa tuh Yes?." tanya Anastasya penasaran.
"Tetangga baru paling Sya aku juga baru lihat." jawabku bingung.
Semenjak hari itu Anastasya memutuskan untuk menemaniku di rumah sampai suami Ayesa kembali.
Keesokan harinya mendung kembali menyelimuti langit pulau Bali. Suara gemuruh mulai terdengar disusul dengan air hujan yang mulai turun melalui gerimis. Kami langsung menyudahi kegiatan kami merawat koleksi tanaman bunga milikku .
Saat kami hendak masuk ke rumah suara bel pagar rumahku berbunyi. Aku melihat sang pria tampan dengan seorang wanita berdiri di depan rumahku.
"Assalamualikum, maaf menganggu mbk" ucap sang wanita saat pintu pagar terbuka dengan aku di depannya.
"Walaikumsalam, silahkan masuk Bu Tantri" jawabku mempersilakan.
"Gak usah mbk Yesa kami cuma mau nganter undangan aja, kalau sempat besok datang ya mbk" pinta Bu Tantri sembari mengambil sebuah undangan beserta kotak kue dari tas yang di bawa laki-laki hujan.
"Inshaallah bu" jawabku singkat.
"Ya sudah kami pamit dulu ya mbk, permisi, Ayo akbar" pamit Bu Tante menyentuh tangan Akbar sang laki-laki hujan.
"Wow cowok hujan itu namanya Akbar toh, asli cakep banget dia Yes" seru Anastasya heboh.
"Hm lebay deh, berarti besok kamu temenin aku ke acara itu ya" pintaku membaca isi undangan syukuran atas kesembuhan anak Bu Tantri bernama Ahmad.
"Akbar itu kembarannya Ahmad kali Ya Sya, soalnya aku pernah dengar kalau anak Bu Tantri itu kembar"tebakku asal.
"Wah kalau gitu si Ahmad juga cakep donk kan si Akbar cakep gitu" seru Anastasya antusias.
"tau ah Sya gelap" jawabku malas meletakkan undangan itu di meja saat handphoneku berdering.
"Kok gak diangkat Yes?" tanya Anastasya heran saat aku mengabaikan telpon masuk itu.
"Sabar ya Yes" ucap Anastasya sedih saat tau siapa yang menelponku itu.
******************************************
"Kamu harus susul suami kamu Yes, dia butuh kamu" ujar Anastasya serius setelah kami selesai mengikuti acara syukuran dirumah ibu Tantri.
Malam itu hatiku terasa sakit saat mengetahui kenyataan bahwa Ahmad kembaran Akbar itu sakit dan keadaannya jadi berbeda sekali dari Akbar kembarannya
Ingat kata Akbar, kesempatan baik itu gak datang dua kali Yesa, Suamimu pasti butuh kamu and insyallah dengan kamu ada disampingnya suami kamu bisa cepat membaik." nasehat Anastya serius teringat pembicaraan mereka dengan si kembar Akbar dan Ahmad tadi.
Yesa langsung mengambil handphone nya dan memesan tiket penerbangan pertama untuk menyusul suaminya. Yesa bersyukur karena apa yang dibilang Anatsya itu benar, suaminya membutuhkan Yesa dan keadaan suaminya membaik semenjak Yesa datang.
Setelah sebulan menemani suaminya dirumah mertua Suaminya sembuh juga dan bisa kembali bersamanya ke Bali. Semenjak hari itu Yesus dan sang suami hidup lebih baik lagi dengan menanamkan kesadaran diri dalam diri masing-masing.
"Makasih Akbar udah nyadari aku dari kehilafanku." ucap Yesa tersenyum memandang Akbar yang kini sudah menjadi kekasih Anastasya.
Malang, 8 Juni 2019
Saat itulah seorang lelaki berjaket biru lewat di depan rumah Ayesa. Laki - laki itu berlari kecil menerobos hujan yang masih turun dengan derasnya.
"Subhanallah cakepnya" pekik Anastasya saat tudung jaket laki-laki itu terbuka dan menunjukan wajah laki-laki tampan itu.
Aku terdiam, dalam hati aku juga mengiyakan ucapan Anastasya itu. Hatiku bertanya-tanya siapa laki-laki itu. Karena baru pertama kali ini Aku melihat laki-laki itu sejak Aku menempati rumah ini satu tahun yang lalu.
"Astagfirullahaladzim" teriakku dan Anastasya saat kilat datang. Buru-buru kami berlari kearah pintu keluar, khawatir terjadi sesuatu pada laki-laki itu.
Sesampainya diluar kami melihat laki-laki itu sudah masuk ke sebuah rumah yang terletak tak jauh dari rumahku. Seorang wanita setengah baya menyambut laki-laki itu dengan pelukan dan membawanya kedalam rumah.
"Siapa tuh Yes?." tanya Anastasya penasaran.
"Tetangga baru paling Sya aku juga baru lihat." jawabku bingung.
Semenjak hari itu Anastasya memutuskan untuk menemaniku di rumah sampai suami Ayesa kembali.
Keesokan harinya mendung kembali menyelimuti langit pulau Bali. Suara gemuruh mulai terdengar disusul dengan air hujan yang mulai turun melalui gerimis. Kami langsung menyudahi kegiatan kami merawat koleksi tanaman bunga milikku .
Saat kami hendak masuk ke rumah suara bel pagar rumahku berbunyi. Aku melihat sang pria tampan dengan seorang wanita berdiri di depan rumahku.
"Assalamualikum, maaf menganggu mbk" ucap sang wanita saat pintu pagar terbuka dengan aku di depannya.
"Walaikumsalam, silahkan masuk Bu Tantri" jawabku mempersilakan.
"Gak usah mbk Yesa kami cuma mau nganter undangan aja, kalau sempat besok datang ya mbk" pinta Bu Tantri sembari mengambil sebuah undangan beserta kotak kue dari tas yang di bawa laki-laki hujan.
"Inshaallah bu" jawabku singkat.
"Ya sudah kami pamit dulu ya mbk, permisi, Ayo akbar" pamit Bu Tante menyentuh tangan Akbar sang laki-laki hujan.
"Wow cowok hujan itu namanya Akbar toh, asli cakep banget dia Yes" seru Anastasya heboh.
"Hm lebay deh, berarti besok kamu temenin aku ke acara itu ya" pintaku membaca isi undangan syukuran atas kesembuhan anak Bu Tantri bernama Ahmad.
"Akbar itu kembarannya Ahmad kali Ya Sya, soalnya aku pernah dengar kalau anak Bu Tantri itu kembar"tebakku asal.
"Wah kalau gitu si Ahmad juga cakep donk kan si Akbar cakep gitu" seru Anastasya antusias.
"tau ah Sya gelap" jawabku malas meletakkan undangan itu di meja saat handphoneku berdering.
"Kok gak diangkat Yes?" tanya Anastasya heran saat aku mengabaikan telpon masuk itu.
"Sabar ya Yes" ucap Anastasya sedih saat tau siapa yang menelponku itu.
******************************************
"Kamu harus susul suami kamu Yes, dia butuh kamu" ujar Anastasya serius setelah kami selesai mengikuti acara syukuran dirumah ibu Tantri.
Malam itu hatiku terasa sakit saat mengetahui kenyataan bahwa Ahmad kembaran Akbar itu sakit dan keadaannya jadi berbeda sekali dari Akbar kembarannya
Ingat kata Akbar, kesempatan baik itu gak datang dua kali Yesa, Suamimu pasti butuh kamu and insyallah dengan kamu ada disampingnya suami kamu bisa cepat membaik." nasehat Anastya serius teringat pembicaraan mereka dengan si kembar Akbar dan Ahmad tadi.
Yesa langsung mengambil handphone nya dan memesan tiket penerbangan pertama untuk menyusul suaminya. Yesa bersyukur karena apa yang dibilang Anatsya itu benar, suaminya membutuhkan Yesa dan keadaan suaminya membaik semenjak Yesa datang.
Setelah sebulan menemani suaminya dirumah mertua Suaminya sembuh juga dan bisa kembali bersamanya ke Bali. Semenjak hari itu Yesus dan sang suami hidup lebih baik lagi dengan menanamkan kesadaran diri dalam diri masing-masing.
"Makasih Akbar udah nyadari aku dari kehilafanku." ucap Yesa tersenyum memandang Akbar yang kini sudah menjadi kekasih Anastasya.
Malang, 8 Juni 2019

Tidak ada komentar:
Posting Komentar