Kamis, 02 Juni 2011

David malaikatku

Hai Semua perkenalkan namaku SAVIRA OLIVIA WIJAYA Aku berumur 17 tahun dan aku bersekolah di salah satu SMU favorit di kota ini. Disini aku ingin menceritakan tentang kisah hidupku serta Cowok yang aku anggap sebagai malaikatku karena sudah berkali –kali menyelamatkanku dari maut. cowok itu bernama DAVID ALDIANSYAH PUTRA yang sekarang sudah tenang di alam sana. Oke Kita mulai saja cerita kita.
Sore itu udara di kota ini sedang dingin banget akibat hujan yang baru saja berhenti mengguyur kota ini, di saat orang – orang lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah aku malah harus keluar ruangan untuk pulang kerumah, kebetulan sore ini aku baru saja ada kegiatan Les. Sambil merapatkan jaketku yang aku rasa masih tidak bisa menghangatkan tubuhku yang kedinginan aku mempercepat langkahku menuju ke rumah supaya bisa segera terbebas dari dinginnya udara sore itu yang aku rasa menusuk – nusuk tulangku.
Saat hendak menyebrang jalan aku tidak begitu memperdulikan keadaan jalanan yang sepi, namun karena keteledoranku itulah aku tidak menyadari kedatangan sebuah mobil yang melaju kencang ke arahku
“AWAS” teriak seseorang yang langsung berlari ke arahku dan mendorongku ke tepi jalan. kejadian itu berlangsung begitu cepat, yang bisa aku ingat hanya suara benturan keras dan rem yang diinjak mendadak.
saat aku bangun dari jatuhku aku melihat tubuh David yang tergeletak begitu saja di tengah jalan dengan keadaan yang berlumuran darah sedangkan mobil yang menabraknya telah kabur. kejadian itu membuatku shock dan sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya menghampiri tubuh itu dan langsung berteriak minta tolong membuat orang – orang yang sedang asyik bersantai di rumah mereka masing – masing yang kebetulan berada di sekitar jalan raya itu langsung berhamburan keluar untuk membantuku. mereka semua kaget saat melihat keadaan kami yang berlumuran darah seperti ituTidak . lama kemudian Aku sudah berada di rumah sakit dan sedang menunggu berita dari Dokter yang tengah menangani David. 
Setengah jam kemudian Ibuku datang dan langsung mengintrogasiku saat melihat keadaanku yang berlumuran darah tapi aku hanya bisa diam dan menangis. Tidak lama kemudian giliran seorang wanita yang mengaku kakak David datang, dengan perasaan takut aku melangkah menghampiri wanita itu dan menceritakan kronologis kejadiannya yang membuat David berada di UGD saat ini. belum sempat wanita itu bersuara Dokter sudah keluar dari UGD dan memberitahukan kami kalau keadaan David kritis. Dokter juga bilang Jika sampai nanti malam David tidak sadar kemungkinan nyawanya tidak akan tertolong. mendengar perkataan Dokter itu kepalaku pusing dan aku langsung tidak sadarkan diri.
“Sayang kamu udah bangun” ucap Mamaku menghela nafas lega saat melihatku membuka kedua mataku.
“Ma cowok itu gimana?” tanyaku panik.
 “tenang sayang, cowok itu baik – baik aja dia udah ngelewati masa kritisnya” jawab Mamaku membuatku menghela nafas lega dan bergegas bangun untuk menghampiri kamar David. namun aku langsung mengurungkan niatku karena suster bilang David belum bisa di jenguk dulu karena keadaannya yang baru lepas dari masa kritis dan masih butuh banyak istirahat. 
“Sayang lebih baik kita pulang sekarang besok pagi Mama bakalan nganterin kamu untuk jenguk David” ucap Mamaku lembut membuatku terpaksa menurut.
Keesokan harinya sesuai rencana Mama mengantarku ke rumah sakit, saat melihat keadaan David dari kaca yang berada di pintu kamarnya aku langsung terdiam mematung di depan pintu kamar David karena shock melihat keadaan David saat itu dengan kepala, tangan dan kaki yang diperban.
Seperti menyadari kedatanganku David dan kakaknya langsung mengalihkan pandangan mereka ke pintu. Setelah saling pandang sebentar Rena Kakak David langsung menghampiriku, merangkul bahuku dan menggeleng memandangku kemudian menuntunku ke samping ranjang David. Setelah aku duduk Rena langsung meninggalkan kami berdua.
 “Maaf ya gara – gara aku kamu jadi kayak gini” jawabku sedih berusaha menahan tangis namun gagal air mataku sudah mengalir begitu saja melewati kedua pipiku.
“Udah donk jangan nangis lagi, aku udah gak apa – apa kok” jawab David Ramah setelah membiarkanku menangis cukup lama.
 “tapi tetep aja aku ngerasa gak enak sama kamu coz gara – gara aku kamu jadi kayak gini” ucapku sedih.
 “Hei.. kamu ngomong sama siapa sich, sama aku atau sama lantai?” tanya David heran membuatku ingin tertawa namun aku menahannya aku fikir,
 “gak enak donk ngetawain orang yang lagi sakit gini”. “Ya sama kamulah masa sama lantai?” tanyaku balik memandang wajah David.
“Nah.. gitu donk kalau ngomong sama orang liat orangnya jangan liat lain - lain” ucap David tersenyum membuatku ikutan tersenyum.
 “tuh kan nunduk lagi? Mang kenapa sich, mukaku serem ya sampe kamu gak berani liat aku” tanya David lagi saat melihatku kembali menunduk jelas saja hal itu membuatku jadi salah tingkat dan buru - buru mencari jawaban untuk mengeles.
“Gak kok mukamu gak serem” jawabku pelan sambil memandang wajah David.
 “Yups aku tau kok coz kata orang – orang mukaku ganteng sich” jawab David pede membuatku refleks memandangnya heran.
 “Yee… narsis” jawabku sambil tertawa namun aku buru – buru menghentikan tawaku saat melihat ekpresi wajah David. “Mang menurutmu aku jelek ya?” tanya David sedih membuatku makin ngerasa gak enak hati.
 “enggak kok kamu gak jelek, beneran deh” jawabku berusaha meyakinkan David membuatnya tertawa. Saat itu aku merasa suasana kikuk yang sempat melingkupin kami berubah menjadi lebih hangat karena ternyata David orang yang menyenangkan.
“ tapi Syukur deh Oliv kamu gak apa-apa” ucap David terseyum lega.
“Kamu tau namaku?” tanyaku balik.
 “Iya nama kamu Olivia kan?” tanya David balik.
 “Yups bener banget namaku Olivia, nama Kamu siapa?” tanyaku balik namun bukannya menjawab pertanyaanku David malah tetawa.
“Kok ketawa sich? Ada yang lucu ya?” tanyaku polos, Membuat David langsung menghentikan ketawanya.
 “Maaf deh aku lucu aja liat cara kamu ngenalin diri barusan ngegemesin banget deh” jawab David tersenyum.
 “mang aku boneka gemesin?” tanyaku balik membuat David tertawa. “So nama kamu siapa?” tanyaku lagi.
 “namaku David” jawab David singkat.
Semenjak hari itu hubunganku dengan David menjadi lebih akrab karena aku merasa berhutang budi dengannya sehingga aku selalu berusaha membantunya di saat dia butuh bantuanku. Hingga suatu hari Dokter memvonisku bahwa umurku tidak akan lama lagi akibat kangker hati yang aku derita sehingga untuk bisa bertahan hidup aku harus bisa mendapatkan donor hati yang baru.
Awalnya aku tidak mau memberi tahukan masalah ini kepada David namun saat aku pingsan ketika sedang pergi dengannya David tau mengenai penyakitku dan seperti yng sudah aku duga David berniat mendonorkan hatinya untukku tapi aku tolak karena aku rasa hati adalah organ penting dalam diri manusia sehingga aku tidak mau David melakukan itu untukku.
Namun takdir berkata lain, Saat itu aku baru saja habis cek kesehatan dan hendak pulang. namun aku langsung mengurungkan niatku untuk pulang saat berpapasan dengan suster dan perawat yang tengah membawa korban kecelakan ke UGD.
 saat mengetahui David yang jadi korban kecelakaan itu aku sempat shock dan hampir jatuh pingsan aku benar – benar takut banget melihat keadaan David saat itu karena keadaanya jauh lebih parah dari keadaanya yang dulu saat menolongku dari kecelakaan, bahkan dokter bilang kalaupun David selamet dia harus merelakan kakinya di amputasi akibat tertimpa motornya ketika dia mengalami kecelakaan.
Saat tengah menunggu Dokter menangani David Rena datang. “Olivia gimana keadaan David?” tanya Rena panik.
 “Aku juga gak tau Kak Dokter belum keluar dri tadi”jawabku gak kalah paniknya.
“Dok gimana keadaan Adik Saya?” tanya Rena panik saat Dokter keluar dri UGD.
“Maaf Mbak kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ternyata Tuhan berkehendak lain Kami gagal Adik Mbak masih kritis dan kemungkinan hidupnya sangat kecil” jawab Dokter sedih dan segera berlalu meninggalkan kami berdua.
Mendengar ucapan Dokter aku merasa ke dua kakiku lemas seperti tidak kuat menopang tubuhku tapi aku berusaha bertahan untuk bisa menemani David hingga Malaikat pencabut nyawa datang menjemputnya.
Setelah itu kami diijinkan untuk melihat keadaan David di dalam ruang UGD “Kak Rena” ucap David lemah saat melihat Kami masuk. Renapun segera menghampiri David yang terbaring lemah di ranjang.
“Kak Rena makasih ya buat semua yang udah kakak lakuin buat aku, aku sayang banget sama Kakak” ucap David tersenyum memegang tangan Rena.
 “Iya Dik Kakak juga sayang sama kamu” ucap Rena berusaha menahan tangisnya saat memeluk David.
“Maafin aku ya Kak kalau aku punya salah sama kakak” lanjut David lagi membuat Rena tak mampu menahan air matanya dan berlari keluar kamar.
 “Oliv” panggil David lemah setelah Rena keluar kamar akupun segera menghampiri David yang melambaikan tangannya ke arahku.
“ Oliv ternyata Tuhan mengijinkanku untuk mendonorkan hatiku buat kamu” ucap David tersenyum.
 “Stop jangan ngomong kayak gitu kamu pasti sembuh kok” jawabku berusaha tegar untuk mensupport David.
“udah gak usah ngibur aku kayak gitu aku baik – baik aja kok” jawab David tetap tersenyum membuatku tidak kuat dan langsung memeluknya.
“Jangan pergi Vid aku mohon jangan tinggalin aku sendiri, aku sayang sama kamu” ucapku berurai air mata, David membelai rambutku.
 “Iya aku juga sayang sama kamu” jawab David lembut. “aku juga gak mau ninggalin kamu tapi mau gimana lagi aku udah gak kuat” ucap David berusaha tegar.
“Please Vid jangan ngomong gitu kamu pasti kuat kamu pasti bisa ngelewatinn ini semua Dokter bukan Tuhan Vid” jawabku emosi membuat David kaget dan meletakkan jari telunjuknya di bibirku. “Ssstt… jangan ngomong kayak gitu, gak baik” jawab David lembut membuatku diam dan hanya bisa menangis.
“Cup.. cup.. udah jangan nangis lagi gak ada es krim nih” canda David membuatku tertawa.
“Apaan sih Vid mang aku anak kecil” jawabku melepas pelukanku David tersenyum.
“Liv tolong panggilin Kak Rena donk aku mau ngomong bentar sama dia” pinta David yang langsung aku turutin.
“Kak Rena Maafin aku ya dan tolong ijinin aku buat donorin hatiku untuk Olivia cewek yang aku sayang” pinta David saat Rena sudah berada disampingnya. Walau berat Rena menyanggupi saja permintaan David itu. “Makasih ya Kak” ucap David tersenyum membuat Rena ikutan tersenyum. Olivia hari ini aku akan mendonorkan hatiku untuk kamu, lewat hati ini  aku akan selalu menemanimu menjalani sisa hidupmu” .
Yah itulah kata – kata terakhir yang David ucapkan kepadaku sebelum malaikat pencabut nyawa datang menjemputnya dan membawa David pergi dari dunia ini untuk selama – lamanya.
Seminggu setelah pemakaman David aku tau dari Kak Rena kalau sejak pertama kali melihatku David sudah tertarik padaku bahkan dia sempat stres saat mengetahui umurku tidak panjang lagi akibat kangker hati yang aku derita, tapi David tidak mau menunjukan kesedihannya di depanku sehingga saat sedang bersamaku David selalu berusaha untuk tegar dengan bersikap seceria mungkin supaya aku terhibur.Mendengar cerita Kak Rena aku hanya bisa menangis.  
Terima Kasih David kau telah memberi warna yang indah dalam hidupku. Kau akan selalu ada dalam hatiku karena bagiku kau adalah Malaikat dalam hidupKu”.

SEKIAN 







 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKHIR DARI PERJUANGAN

  Mungkin sudah waktunya untuk mundur dan menyerah..  Ketulusan sudah di sia - sia kan dan rasa sabar sudah mulai habis terkikis oleh rasa s...