Senin, 23 Juli 2018

Emily My Angel (New Story Februari 2018)

Emily My Angel  

"Air mata setelah tawa itu biasa, karena hidup ibarat roda kadang diatas kadang di bawah"

 Emily menyadarinya namun dia tetap kecewa saat apa yang di duganya kemarin terjadi di hidupnya hari ini. akibat keegoisannya untuk menonton dua film di bioskop sekaligus Emily harus menerima saat Raditya pacarnya tidak diperbolehkan untuk bertemu dengannya oleh kakaknya. 
Emily tau maksud kakak Raditya itu bagus, tapi tetap saja ada rasa kecewa yang Emily rasa karena keputusan Kakak Raditya itu. Emily merasa semakin bersalah walau Raditya sudah berkata "Tidak apa-apa".
"Penyesalan memang selalu datang terakhir kalau datang di awal itu namanya pendaftaran Mel"ucap Yarisa Kakak Emily saat Emily datang kepadanya dengan berurai air mata. Yarisa membiarkan boneka Kura - kura kesayangannya basah oleh air mata Emily. 
"Sabar ya Mel sekarang ini kakak Adit lagi emosi semoga setelah emosinya reda dia bisa datang kerumah lagi" Ujar Yarisa membelai rambut Emily pelan hingga Emily tertidur di kamarnya. 
Yarisa tersenyum saat melihat Emily dia sebenarnya juga menyayangkan sikap Emily yang lupa waktu namun Yarisa memilih untuk diam karna tak ingin membuat Emily makin sedih. 
"Kring.. kring" suara telpon rumah berdering Yarisa segera mengangkatnya karna saat ini cuma ada dia dan Emily di rumah orang tuanya sedang pergi keluar kota dan bik sumi pembantu mereka tengah pergi ke mini market dekat rumah mereka. 
"Assalamualaikum" suara Raditya terdengar diujung sana. 
"Walaikumsalam Dit, emily baru aja tidur" jawab yarisa sebelum Raditya bertanya.
"O.. ya udah kalau gitu  mbk, Emily baik-baik aja kan?" tanya Raditya cemas. 
"gak baik Dit, tapi inshaallah nanti udah baikan kamu tenang aja, sabar ya anggap ja ini ujian sekaligus teguran karena kalian lupa waktu  kemarin" nasihat Yarisa.
 "Iya mbk makasih ya, titip Emily kalau ada apa -apa tolong kabarin kesaya" pinta Raditya.
"Inshaallah Dit" jawab Yarisa singkat dan telpon pun ditutup.
Sore harinya saat Yarisa tengah membantu Bik  Sumi di dapur Emily datang matanya masih sembab tapi penampilannya sudah rapi.
"Mbak Emily mau ke rumah Radit ya mau minta maaf soal kemarin" ujar Emily pelan,
"Ya mau mbak temenin gak?" tawar Yarisa lembut.
"Gak usah mbk Emily sendiri aja kasian bi Sumi sendirian di rumah, emily pergi sebentar aja kok gak enak kalau ngomong lewat Wa atau telpon" jelas Emily panjang Yarisa mengangguk.
"Hati-hati ya Mel jangan kemaleman pulangnya" ucap Yarisa mengingatkan.
"Iya mbak" jawa Emily bergegas pergi.
Sesampaiya di rumah Raditya Mbak Eka kakak Radit yang membukakan pintu.
"Masuk Mel" tawar Kakak Raditya Emily menurut. "Raditnya lagi keluar ke minimarket beli barang" lanjut kakak Radit. Walau terlihat biasa namun ada sedikit rasa mengganjal di hati Emily dengan sikap Mbak Eka dan Emily tau itu karna kesalahannya  kemarin.
"Mbak saya mau minta maaf soal  kemarin karena sudah lupa waktu" ujar Emily pelan.
"Hm.. gak apa - apa Mel lain kali jangan kayak gitu lagi, pergunakan waktu yang kalian punya di luar jam kerja untuk istirahat. kamu kan tau Radit baru sembuh jadi mbak takut aja dia sakit lagi kalau kecapekan" jawab Mbak Eka panjang.
"Iya mbak, ya udah saya langsung pulang ya saya cuma mau bilang gitu aja salam buat Radit" jawab Emily.
"Lho gak nungguin Adit dulu tah bentar lagi dia datang" ucap Mbak Eka.
"Gak usah deh mbk, salam aja buat Radit" ucapku segera melangkah keluar rumah . saat itulah bertepatan dengan saat Raditya datang.
"Lho Sayang kamu udah lama disini?" tanya Raditya kaget saat melihat Emily di rumahnya.
"Baru Yank tapi aku mau langsung pulang mau bantu mbak Risa masak" ucapku membuat Raditya memandangku heran.
"Kamu baik - baik aja kan yank, kok gak bilang mau datang?" tanya Raditya memegang lengan Emily.
"Aku gak enak sama mbak mu soal masalah kemarin makanya aku datang tapi sekarang mesti pulang gak enak aku" jawabku sedih, Radit memelukku.
"Sabar ya sayang, maaf buat kamu jadi  kefikiran gini. semoga Mbak eka cepet ngijinin aku ke rumah kamu lagi" jawab Raditya tersenyum,
"Iya" jawab Emily berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah didepan Radit dan membuat Radit makin sedih.
"Aku anterin ya Sayang" tawar Raditya.
"Gak usah sayang nanti jadi masalah lagi, aku pulang sendiri aja masih terang juga" tolakku membuat Raditya menurut.
"Emily" sapa seseorang saat Emily tengah menunggu lampu hijau. Emily menoleh
"Bagas" ucap Emily kaget.
"Nepi Mel" pinta Bagas langsung menggiring Emily ketepi jalan, walau heran tapi Emily mengikuti. 
Mereka berdua duduk di sebuah warung juice yang berada di deket lampu merah. Ada rasa deg-deg an yang Emily rasa saat ini karena ini adalah pertemuan pertamanya dengan Bagas sejak hubungan kasih mereka kandas 3 bulan yang lalu. Emily ingat bagaimana hancurnya dia saat mengetahui Bagas menghianatinya.
"Dari mana Mel?" tanya Bagas sambil menyodorkan segelas juice semangka ke depan Emily membuyarkan lamunan Emily tentang masa lalu.
"Dari rumah Radit Gas" jawab Emily.
"Lho kamu kenapa kok matanya sembab gitu?" tanya Bagas kaget saat menyadari mata Emily sembab.
"Gak apa- apa Gas, biasa ada masalah kamu kan tau aku cengeng" jawa Emily terkekeh
"Hm.. mau cerita sama aku gak?" tanya Bagas Emily  menggeleng. 
Belum lama mereka berdua bertemu suara geluduk terdengar mendung mulai menggelayuti langit biru mereka berdua bergegas pergi dari tempat itu.
"Pulang yuk Gas, mau hujan" ajakku Bagas mengikutik walau ekpresi enggan aku lihat di wajahnya saat ini.
"BAGAS AWAS" teriak Emily saat melihat sebuah motor yang hendak menerobos kemacetan jalan di depan toko es juice mendekati Bagas ketika mereka hendak menyebrang ke parkiran.
"EMILY" hanya teriakan itu yang Emily dengar setelah itu semua gelap.
Entah berapa lama Emily pingsan yang jelas saat terbangun aroma obat menyeruak ke pernafasan Emily. Lampu kamar bersinar terang diatasnya menandakan  malam telah datang menggantikan siang.
"Alkhamdulillah sayang kamu udah sadar" ucap Raditya lega langsung memeluk Emily.
"Hei Dit sabar, Emily baru sadar masih lemah" ucap Yarisa kakak Emily.
"Maaf mbak aku terlalu senang karena Emily sadar" jawab Raditya. Matanya terlihat merah seperti habis menangis.
"Bagas mana?" tanyaku panik saat ingatan soal kecelakaan tadi kembali tergambar di ingatanku.
"Dia ada di luar" jawab Yarisa lembut saat melihat ekpresi Raditya yang terlihat ingin marah.
"Sayang aku udah gak apa- apa, aku gak  mau lihat orang yang aku kenal berlumuran darah di depanku" ucapku mengelus lengan Raditya melunakan ekpresi marah di wajah Raditya.
"Emily kamu udah siuman" ucap Bagas yang sudah ada di antara mereka semua.
"Please Kasih waktu mereka berdua untuk bicara Dit" pinta Yarisa menarik lembut lengan Raditya keluar dari kamar Emily. Walau berat namun Raditya menurut setelah  menatap Bagas jutek sebentar.
Emily melihat kaos biru yang di kenakan Bagas masih berlumuran darah, pasti itu darahnya saat Bagas menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit ini. 
"Gak apa - apa Bagas namanya musibah gak ada yang tau, alkhamdulillah kalau kamu baik- baik aja" jawa Emily tersenyum.
"Maafin aku Mel buat kamu jadi cedera gini" jawab Bagas sedih.
"Udah Bagas, aku gak apa - apa, mending kamu pulang gih ganti baju trus istirahat" jawab emily perhatian. Bagas memeluknya, hatinya terasa teriris melihat keperdulian Emily kepadanya.
Keperdulian tulus yang selalu Emily berikan kepadanya namun Bagas selalu menyia - nyiakannya, mengacuhkannya bahkan menghancurkan hati wanita sebaik Emily dengan menduakannya. Ingin rasanya Bagas memeluk Emily kembali dan memperbaiki kesalahannya namun Bagas tau itu percuma karna hati Emily sudah tertutup untuknya.
"Besok aku pulang kampung Mel maaf gak bisa nunggu sampai kamu sembuh" ucap Bagas berhenti sejenak menarik nafas memandang Emily dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku di terima kerja disana" ucap Bagas setelah melepas pelukannya. 
Emily terdiam antara kaget, sedih dan kecewa. walau bagaimanapun Bagas pernah menjadi kekasih nya selama beberapa tahun, hingga akhirnya hubungan mereka itu harus kandas karena penghianatan yang Bagas lakukan dengan wanita lain.
Emily ingat saat itu dia merasa sangat hancur karena hubungan yang telah lama di perjuangankanya harus berakhir sia - sia tanpa ada akhir yang bahagia. Butuh Butuh waktu lama untuk Emily bangkit dari patah hatinya. dan saat Emily sudah bisa membuka hatinya untuk pria lain Bagas datang menggoyahkan keyakinannya lagi. namun Emily berhasil memantabkan hatinya untuk tidak memberi kesempatan kedua kepada Bagas. Baginya sudah cukup rasa sakit yang Bagas torehkan di hatinya.
"Mel kok diam?" tegur Bagas saat menyadari pandangan kosong Emily.
"Hm.. Good Luck ya buat kamu" ucap Emily mengulurkan tangannya Bagas menerimanya dan  menarik Emily dalam pelukannya.
"Maafin aku Mel maafin aku" ucap Bagas melepas pelukannya dan melangkah  keluar kamar. dihampirinya Raditya dan Yarisa yang duduk di depan kamar Emily.
Bagas Memeluk Raditya, tentu saja  Raditya menolaknya namun Raditya terdiam saat mendengar perkataan Bagas. 
"Dit maaf udah bikin cewek mu luka. Mulai saat ini aku gak akan ganggu hubungan kalian lagi, tolong jaga Emily baik - baik Dit" Raditya melihat sorot mata Bagas yang terlihat sedih, ada rasa bersalah dan kecewa yang Raditya liat dari mata itu.
"Kak Risa aku pamit ya, mulai besok aku bakalan balik ke kampung, salam buat keluarga. Mohon maaf untuk semua yang udah aku lakuin ke Emily dan keluarga kalian" ujar Bagas dengan mata yang  makin berkaca – kaca Yarisa memeluknya
"It's oke Gas, Emily udah baik - . baik aja kok, Good luck buat kamu. salam juga buat keluarga" balas Yarisa, Bagas mengangguk dan segera pergi meninggalkan tempat ini. mereka yakin Bagas menangis saat ini namun ini sudah jalannya.
"Hm.. akhirnya penghalangmu udah hilang ya Dit" ucap Yarisa tersenyum memandang Raditya.
"Ya mbak tapi aku belum lega sebelum Emily sah jadi milikku" jawab Raditya sedih.
"Sabar bentar lagi kalian menikah" ucap Yarisa  mengelus punggung Raditya mereka berdua masuk kembali ke kamar perawatan Emily dan  menemukan Emily menangis.
"Maaf" ucap emily saat melihat mereka datang, Yarisa tersenyum.
"Kakak ke toilet dulu ya" pamit Yarisa memberi kesempatan kepada Raditya dan Emily untuk berdua.
"Sayang" ucap Emily terhenti air matanya makin deras membasahi ke dua pipinya. air mata yang sudah berusaha di tahan Emily sejak Bagas berpamitan kepadanya.
"Gak apa - apa sayang aku ngerti, aku harap ini air matamu yang terakhir untuk dia" jawa Raditya penuh harap ekperesi sedih terlihat di raut wajahnya Emily memeluknya.
"Ya sayang makasih, aku sayang kamu" jawab Emily masih berurai air mata.
"Aku juga sayang banget sama kamu yank" jawab Raditya mengecup kening Emily yang tertutup perban dan membalas pelukannya.
"Yarisa" panggil seseorang saat Yarisa keluar dari Toilet. Eka kakak Raditya datang.
"Hai Ka" sapa Yarisa cipika - cipiki.
"Emily gimana?" tanya Eka panik.
"Alkhamdulillah udah gak apa -apa kok Ka" jawab Yarisa, Eka menghela nafas lega mendengarnya. 
Sejak kejadian itu Eka Kakak Radit tidak pernah  melarang Radit untuk datang ke rumah Emily. Eka hanya mengingatkan Radit agar tidak lupa waktu jika sedang  bersama Emily.
Dua bulan kemudian apa yang sudah di rencakan oleh Raditya dan Emily terwujud mereka menikah di sebuah masjid yang berada tak jauh dari rumah Emily.
Tangis haru dan senyum bahagia mewarnai semua wajah yang ada di masjid itu begitu juga dengan Bagas yang harus puas mengamati semua kebahagian itu dari jauh Bagas tak ingin merusak kebahagian Raditya dan Emily.
Semua yang terjadi saat ini adalah pilihannya sejak dia memutuskan untuk  menghianati cinta kasih Emily yang tulus untuknya demi wanita lain yang saat ini telah pergi meninggalkan hidupnya saat Bagas sudah merencanakan pernikahan dengannya.
"Semoga kebahagiaan selalu menaungi hidup kalian Emily My angel" doa Bagas tulus walau rasa sakit hinggap di hatinya. 

Denpasar 23 Februari 2018
Akhirnya kelar juga nih cerita setelah pending semingguan


Enjoy ya bacanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKHIR DARI PERJUANGAN

  Mungkin sudah waktunya untuk mundur dan menyerah..  Ketulusan sudah di sia - sia kan dan rasa sabar sudah mulai habis terkikis oleh rasa s...