"PESAN UNTUK ANITA"
"Percaya" jawab Keyra pelan, "Kenapa?" tanya Keyra balik pura-pura tidak tahu.
"Tadi, aku lihat cewek berdiri di samping pohon mangga yang ada di lapangan sekolah Key, pas kita selesai upacara" cerita Anita panjang. Dia tidak tahu kalau Keyra seorang Indigo.
"Cewek?" tanya Keyra bermaksud menguji kebenaran perkataan Anita. Saat mendengar cerita Anita itulah Keyra percaya kalau Anita tidak berbohong.
"O.. gitu, ya namanya mahkluk tak kasat mata itu memang ada kok Nit. yang penting kita gak ganggu aja, inshaallah mereka gak akan ganggu juga." jawab Keyra santai. Anita terdiam.
"Tuh kan dia datang" lanjut Keyra menghela nafas sejenak, rasa malas menerpa dirinya.
Sosok cewek yang di bicarakan Anita tadi sudah hadir diantara mereka saat ini. Memperhatikan mereka dari pepohonan yang berada di dekat kelas mereka.
"Keyra jangan mulai deh" protes Wina ketakutan.
"Maksudnya mulai?" tanya Anita bingung.
"Keyra Indigo Nit" jawab Wina tegang.
"Udah jangan di fikirin, entar juga pergi kok kalau kita gak mikirin" jawab Keyra santai.
"Baca Ayat kursi aja and tiga surat Al aja deh biar kalian gak takut" jawab Keyra santai. Melangkah menuju pintu kelas, menutupnya.
Saat Pintu kelas ditutup, Angin berhembus melewati celah -celah pintu kelas menghadirkan hawa dingin di kelas itu.
"Tolong pergi, kami tidak bermaksud memanggil Anda" ujar Keyra di tengah - tengah kelas. Menghadirkan hawa dingin yang terasa makin menusuk tulang mereka saat itu.
"Krek" suara kursi bergeser. Keyra menghela nafas sejenak.
"Please jangan mikirin dia Nit, Win" ucap Keyra menarik tangan kedua gadis itu ke luar kelas.
Anita terdiam, rasa takjub sekaligus ngeri Anita rasakan saat melihat kejadian itu. Anita dan Wina segera membaca surat - surat yang Keyra perintahkan tadi.
"Hm.. kamu indigo juga tah Nit?" tanya Wina saat mereka bertiga sudah keluar kelas, hendak melangkah kearah kantin.
"Di bilang indigo sih enggak Win, cuma gak tau kenapa aku sering bersinggungan dengan hal kayak gitu" jawab Anita heran.
"Gimana tuh Key?" tanya Wina penasaran. Belum sempat Keyra menjawab Anita sudah bertingkah aneh.
"Astagfiraulohaladzim" ucap Keyra and Wina berbarengan.
Keyra segera memegang leher belakang Anita. Ekpresi wajahnya serius, mulutnya komat-kamit membaca doa untuk menyadarkan Anita yang mulai terlihat menyeramkan dengan mata yang melotot dan ekpresi wajah yang jutek tanpa senyum. Lehernya bergerak perlahan. Anita kesurupan.
Tak lama Pak Angga guru agama mereka datang. Beliau segera membantu Keyra menyadarkan Anita.
Setelah Anita sadar Keyra meminta kepada pihak sekolah untuk tidak sembarangan menebang pohon yang ada di sekolah itu.
Keyra berpesan untuk meminta ijin saat hendak menebang pohon yang ada di sekeliling sekolah itu. Apalagi jika pohon itu sudah sudah tumbuh sebelum sekolah itu dibangun.
"Kamu pernah kesurupan ya Nit?" tanya Keyra setelah Anita sadar dan tenang.
Saat ini Keyra dan Wina di tugaskan oleh Pak Angga untuk mengantar Anita pulang. Pihak sekolah takut kejadian yang menimpa Anita tadi merambat kepada siswa dan siswi lainnya.
Saat Pintu kelas ditutup, Angin berhembus melewati celah -celah pintu kelas menghadirkan hawa dingin di kelas itu.
"Tolong pergi, kami tidak bermaksud memanggil Anda" ujar Keyra di tengah - tengah kelas. Menghadirkan hawa dingin yang terasa makin menusuk tulang mereka saat itu.
"Krek" suara kursi bergeser. Keyra menghela nafas sejenak.
"Please jangan mikirin dia Nit, Win" ucap Keyra menarik tangan kedua gadis itu ke luar kelas.
Anita terdiam, rasa takjub sekaligus ngeri Anita rasakan saat melihat kejadian itu. Anita dan Wina segera membaca surat - surat yang Keyra perintahkan tadi.
"Hm.. kamu indigo juga tah Nit?" tanya Wina saat mereka bertiga sudah keluar kelas, hendak melangkah kearah kantin.
"Di bilang indigo sih enggak Win, cuma gak tau kenapa aku sering bersinggungan dengan hal kayak gitu" jawab Anita heran.
"Gimana tuh Key?" tanya Wina penasaran. Belum sempat Keyra menjawab Anita sudah bertingkah aneh.
"Astagfiraulohaladzim" ucap Keyra and Wina berbarengan.
Keyra segera memegang leher belakang Anita. Ekpresi wajahnya serius, mulutnya komat-kamit membaca doa untuk menyadarkan Anita yang mulai terlihat menyeramkan dengan mata yang melotot dan ekpresi wajah yang jutek tanpa senyum. Lehernya bergerak perlahan. Anita kesurupan.
Tak lama Pak Angga guru agama mereka datang. Beliau segera membantu Keyra menyadarkan Anita.
Setelah Anita sadar Keyra meminta kepada pihak sekolah untuk tidak sembarangan menebang pohon yang ada di sekolah itu.
Keyra berpesan untuk meminta ijin saat hendak menebang pohon yang ada di sekeliling sekolah itu. Apalagi jika pohon itu sudah sudah tumbuh sebelum sekolah itu dibangun.
"Kamu pernah kesurupan ya Nit?" tanya Keyra setelah Anita sadar dan tenang.
Saat ini Keyra dan Wina di tugaskan oleh Pak Angga untuk mengantar Anita pulang. Pihak sekolah takut kejadian yang menimpa Anita tadi merambat kepada siswa dan siswi lainnya.
"Iya Key pernah, makanya aku jadi sensitiv sama hal begituan" jawab Anita pelan. Pandangannya menerawang.
"Sst jangan ngelamun, jiwa mu itu udah berlubang, jadi bakalan cepat kemasukan begituan." tegur Keyra tegas.
"Banyakin dzikir and doa dalam hati ya Nit, biar kamu aman" nasehat Keyra bijak.
Anita mengangguk dan segera mengajak Keyra dan Wina untuk sholat dzuhur saat adzan Dzuhur berkumandang di sentero komplek rumah Anita.
"Banyakin dzikir and doa dalam hati ya Nit, biar kamu aman" nasehat Keyra bijak.
Anita mengangguk dan segera mengajak Keyra dan Wina untuk sholat dzuhur saat adzan Dzuhur berkumandang di sentero komplek rumah Anita.
Denpasar, 26 Agustus 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar