Akhir Yang Indah Untuk Si Jutek


Akhir Yang Indah Untuk Si Jutek


Tak ada penyamaran yang dapat selamanya menutup – nutupi cinta. Jika cinta itu ada cinta akan membawa-Mu kembali.
 Yups diatas adalah ungkapan hatiku saat ini setelah sekian lama Aku berusaha mengelak dan memungkiri perasaanku ini.
Namun semakin aku berfikir dan merenung aku sadar bahwa perasaan itu memang sedang aku rasakan saat ini walau aku sendiri tidak menyangka pilihan hatiku akan jatuh kepada Irfan Saputra Cowok yang paling aku benci dan sempat menjadi musuhku selama aku menempuh pendidikan di SMA.
Waktu itu Aku sedang mengikuti kegiatan Mos di SMA saat sedang jam istirahat, temanku yang bernama Wina tidak sengaja menumpahkan minuman yang di bawanya kearah Irfan yang sedang tiduran di teras aula hal itu membuat Irfan marah dan memaki – maki Wina padahal Wina sudah minta maaf dan menjelaskan alasan keteledorannya itu tapi Irfan tidak perduli jelas saja hal itu membuat aku yang awalnya hanya diam jadi terbawa emosi dan langsung menyiram Irfan dengan Aqua gelas yang aku bawa.
“Eh Kamu gak usah belagu deh, temenku kan udah minta maaf lagian basahnya juga gak parah – parah banget kenapa Kamu mesti semarah itu sih?” tanyaku emosi sekaligus heran hal itu membuat Irfan makin kaget dan langsung melotot ke arahku saat Irfan hendak membuka suara untuk memarahiku jam istirahat telah usai sehingga membuat perkelahian diantara kami harus segera dihentikan.
Keesokan harinya saat aku sedang duduk bersama Wina di depan kelas, Irfan datang awalnya aku tidak memperdulikan kedatangan Irfan itu namun saat melihat Irfan melangkah kearah kami aku dan wina saling pandang dan kembali memandang Irfan heran. 
“kayaknya dia mau kesini Ra” ucap Wina setengah berbisik tapi aku hanya angkat bahu. Setelah sampai di depan kami tanpa basa – basi Irfan langsung menyiramku dengan Aqua gelas yang di bawanya 
“Apa – apaan sich Kamu, basah nih!” protesku emosi sambil mendorong tubuh Irfan
 “ Sukurin itu pembalasanku buat sikap gak sopanmu pas itu, ngerti?” jawab Irfan balik mendorong tubuhku sambil tersenyum sinis sebelum melangkah pergi.
“Zahra kamu gak apa – apa kan?” tanya Wina Panik sambil mengusap bajuku yang basah dengan saputangannya. 
“Aku gak pa-pa kok win, Thanks ya” jawabku tersenyum sambil mengambil saputangan dari tangan Wina dan mengelap sendiri bajuku yang basah. 
“Maaf ya Ra gara – gara aku kamu jadi bermasalah gini sama Irfan” ucap Wina sedih 
“ apaan sich win Aku gak pa – pa kok gak usah minta maaf gitu deh Cuma gini doank juga” jawabku dengan tampang kocak membuat wina tertawa.
Siang harinya saat aku sedang berjalan membawa buku – buku ke Perpustakaan aku bertabrakan dengan Seseorang, “ hei Kamu punya mata gak sih? Jalan kok nabrak – nabrak sih?” omel cowok itu sebelum aku bersuara membuatku refleks menoleh kearah orang yang aku tabrak barusan. 
“ Yah… Maaf deh Aku gak sengaja nabrak kamu” ucapku berusaha sabar dan tidak terpancing emosi tapi ternyata Irfan malah makin memperpanjang masalah itu jelas saja hal itu membuat kesabaranku habis.
“Aku kan udah minta maaf kenapa sich Kamu masih ngomel aja? heran deh cowok kok suka ngomel sih?” jawabku sewot membuat Irfan melotot ke arahku. 
“apa liat – liat, pergi sana toh kamu juga gak pa-pa kan?” ucapku emosi membuat Irfan menatapku makin tajam 
“ Dasar cewek gak waras” ucap Irfan singkat bergegas meninggalkan tempat itu, tapi aku mencegahnya. 
“ Maksud Kamu apa ngatain aku gak waras? Kamu tuh yang gak waras” jawabku emosi menunjuk dada Irfan membuat kami saling pandang.
Setelah Irfan pergi aku langsung berlutut untuk membereskan buku – bukuku yang berserakan. “Dasar Cowok Tempramental” ucapku emosi sambil membereskan buku – bukuku yang berserakan.
 “Zahra ada apa nih kok bukunya berserakan gitu?” tanya wina yang kebetulan lewat sambil buru – buru membantuku membereskan buku – buku yang berserakan. setelah selesai memberesakan buku - buku Wina membantuku membawakan buku itu ke perpustakaan.
Saat menunggu petugas perpustakaan mendata buku – buku yang aku bawa, Wina mengulangi pertanyaannya yang tadi. setelah menghela nafas sejenak aku langsung menceritakan apa yang terjadi tadi. mendengar ceritaku itu Wina hanya manggut – manggut
 “ kenapa sich tuh cowok kayaknya dendam banget sama Kamu ya Ra? Padahal dia kan udah balas sikapmu pas itu” ujar Wina heran. 
“ gak tau, Aku juga heran sama tingkah tuh cowok dia bener – bener sayko” jawabku emosi, Wina menenangkanku dengan mengelus – ngelus punggungku.
Semenjak hari itulah  aku selalu bertengkar setiap kali bertemu dengan Irfan Aku sendiri heran kenapa setiap berhadapan dengan Irfan selalu saja ada masalah yang membuat kami ribut sehingga membuat hubungan kami berdua makin memburuk tapi ternyata takdir berkata lain Irfan terpilih menjadi ketua Osis sedangkan aku terpilih menjadi wakilnya sehingga mau tidak mau kami harus saling bekerja sama dan saling membantu, awalnya aku menolak jabatan itu tapi karena desakan para Guru dan teman – teman aku terpaksa menerima jabatan itu. sejak saat itulah aku jadi sering pergi berdua dengan Irfan untuk mengurusi kegiatan sekolah dan osis.
Sejak Aku menduduki posisi wakil ketua osis itulah aku melihat sisi lain dari diri Irfan dan kalau aku fikir – fikir Irfan itu sebenarnya cowok yang baik, tapi entah mengapa setiap bersamaku kebaikan Irfan itu seperti hilang di telan bumi dan berganti menjadi tingkah yang amat sangat menjengkelkanku, terkadang aku iri melihat Irfan memperlakukan teman – teman osisku dengan baik berbeda sekali dengan sikapnya ke aku yang sering banget marah – marah kalau aku melakukan sedikit kesalahan saja bahkan saat aku berusaha menyelesaikan semua tugasku dengan baik Irfan seperti tidak mau mengakuinya dan tetap mencari – cari kesalahanku jelas saja hal itu membuatku emosi sekaligus kecewa karena semua usahaku seperti tidak ada nilainya di depan mata Irfan sehingga berkali – kali aku berniat meninggalkan posisi wakil ketua osis, tapi entah mengapa Irfan selalu punya cara untuk membuatku tetap menjadi wakilnya.
Hingga akhirnya perkelahian diantara kami itu berakhir dengan satu kejadian yang membuat kami berbaikan. Saat itu aku sedang menghabiskan masa liburanku di rumah Nenekku di Bandung saat Aku sedang berjalan – jalan kesekeliling Bandung sebuah motor menabrakku dari belakang membuat tubuhku oleng dan terjatuh saat jatuh itulah kepalaku terbentur trotoar yang membuatku langsung jatuh pingsan.
Saat aku sadar aku tidak lagi berada di pinggir jalanan yang sepi melainkan di sebuah kamar bercat biru yang nyaman, “Kamu sudah sadar?” tanya seorang Wanita setengah baya yang duduk disampingku. 
“Anda siapa? Saya dimana” tanyaku bingung.
 “ tenang Nak kamu gak usah panik gitu” jawab wanita itu tersenyum sambil memegang bahuku membuat rasa takut dan panik yang aku rasa hilang seketika. setelah aku tenang wanita itu mulai menceritakan apa yang aku alamin tadi sehingga sampai di kamar itu mendengar cerita itu aku hanya bisa diam sambil mengingat peristiwa yang tidak mengenakan tadi.
Setelah wanita itu selesai bercerita masuklah seorang cowok sambil membawa minuman. saat melihat siapa cowok itu aku melotot kaget karena ternyata orang yang menolongku tadi adalah orang yang paling aku benci saat ini dan tanpa sepatah katapun aku langsung bergegas bangun namun karena keadaanku yang masih belum pulih tubuhku oleng dan aku jatuh untung saja Irfan sigap dan langsung menangkap tubuhku supaya aku tidak jatuh. 
“kamu gak apa – apa kan Ra?” tanya Irfan khawatir, 
“Zahra hati – hati Sayang Kamu kan baru sadar jadi masih lemah” ujar Mama Irfan khawatir. tapi aku tidak menjawab dan langsung melepaskan diri dari pelukan Irfan.
 “Saya mau pulang Tante” ucapku kepada Mama Irfan, belum sempat Mama Irfan bersuara tiba – tiba hujan turun dengan derasnya membuatku langsung menghela nafas berat.
“Wah ujan tuh Ra Kamu jangan pulang dulu ya nanti kalau hujannya sudah reda biar Irfan nganter kamu pulang, Oke sayang?” ucap Mama Irfan santai membuatku langsung memandang kaget kearah Mamanya Irfan. 
“ya udah tante mau masak dulu ya Kamu istirahat aja dulu biar Irfan yang temenin kamu” ucap mama Irfan enteng sambil tersenyum membuatku dan Irfan refleks saling pandang kaget. 
“tapi tante..” ucapanku langsung terhenti karena Mamanya Irfan sudah ngeloyor pergi keluar kamar tanpa memberiku kesempatan untuk bicara.
Setelah Mama Irfan pergi dengan cueknya Irfan melangkah melewatiku menuju meja komputernya dan mulai sibuk membuka internet seolah – olah menganggapku tidak ada jelas saja hal itu membuatku kesal dan beranjak bangun tapi baru berdiri sebentar aku terjatuh lagi dan aku merasa kakiku sakit banget. 
Auw” ucapku kesakitan membuat Irfan yang sedang asyik Facebookan langsung menoleh dan segera menghampiriku.
“ya ampun Ra kenapa kamu bangun dari tempat tidur sih? Kakimu kan terkilir” ucap Irfan panik dan buru – buru membantuku tapi aku menepis tangannya 
“ gak perlu aku bisa sendiri” jawabku jutek dan bergegas bangun tapi lagi – lagi aku terjatuh untung Irfan sigap menangkap tubuhku dan menggendongku ke rajang 
“ Udah deh gak usah sok kuat gitu kakimu itu terkilir kalau kamu paksa gerakin yang ada kakimu malah jadi tambah bengkak tau“ omel Irfan panjang lebar membuatku manyun karena tidak bisa melawan perkataannya.
 “mending sekarang kamu istirahat aja deh” perintah Irfan tegas walau kesal aku hanya bisa diam.
Entah sejak kapan aku tertidur yang jelas saat aku bangun hujan sudah reda dan langit sudah mulai gelap, “Kamu sudah bangun Zahra?” tanya Mama Irfan yang duduk di sampingku. 
“ Maaf Tante saya ketiduran” ucapku gak enak hati. 
“gak apa – apa Zahra kamu pasti kecapean makanya ketiduran gitu, Ya udah sekarang Kita makan yuk” tawar mama Irfan ramah dan menarik tanganku.
“Kenapa Ra?” tanya mama Irfan heran saat aku berhenti melangkah, 
“ O.. kamu heran ya karena kakimu udah gak sakit lagi sekarang?” tanya Mama irfan tersenyum sat melihtaku memperhatikan kakiku.
 ”iya, kok Tante tau?” tanyaku heran, 
“Iya, tadi Irfan cerita dia bilang saat kamu tidur tadi dia mijetin kaki kamu sampai sembuh gitu dan asal kamu tau ya Ra walaupun Irfan cowok dia pinter mijet lho Ra” jawab mama Irfan santai sambil tertawa membuatku terpaksa ikutan tertawa walau sebenarnya perasaanku saat ini campur aduk antara heran sekaligus bingung akan sikap Irfan yang amat sangat berbeda dari biasanya.
Malam harinya setelah makan malam berakhir “Ya ampun Zahra kenapa kamu ikut – ikutan repot sih? Mending kamu duduk aja sana sama irfan” ucap Mama Irfan sambil menunjuk ke arah Irfan yang duduk sendirian di teras rumah saat melihatku datang membawa piring – piring bekas makan malam.
 “ gak usah Tante Saya mau bantu Tante aja” jawabku tersenyum dan hendak membantu Mama Irfan mencuci piring tapi lagi – lagi mama Irfan menolak dan terpaksa mengalah saat melihat ekpresi mukaku yang serius.
Selesai membantu Mama Irfan aku hendak pamit pulang namun di cegah oleh Mama Irfan. “ ada apa Tante?” tanyaku heran, namun bukannya menjawab pertanyaanku Mama Irfan malah memelukku. 
“Hati – hati di jalan ya Rah, kalau sempat main – main kesini lagi, oke?” ucap Mama Irfan lembut.
 “Iya Tante, Makasih” ucapku bingung. 
“Ya  udah Ma Irfan mau nganter Zahra pulang dulu ya” pamit Irfan Mamanya mengangguk.
 “Hati- hati ya sayang” ucap Mama Irfan lembut. Kamipun segera pergi meninggalkan rumah Irfan.
“Rumah kamu dimana?” tanya Irfan saat kami sudah berada didalam mobil. 
“Komplek pemuda nomer 24” jawabku Singkat, Irfan mengangguk dan mulai menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam sebenarnya aku pingin banget ngobrol dengannya namun aku bingung harus memulai obrolan dari mana.
“Irfan” panggilku saat kami sudah berada di depan rumahku membuat Irfan menoleh. “Thanks ya buat hari ini” jawabku kikuk karena grogi sebab orang yang paling aku benci sudah menolong nyawaku hari ini. “kok Kamu ketawa? Mang ada yang lucu ya?” tanyaku heran saat melihat Irfan tertawa. 
“ternyata cewek jutek kayak kamu bisa bilang makasih juga ya” jawab Irfan santai 
“Udah deh gak usah mulai ngajak ribut” jawabku jutek dan bergegas keluar dari mobilnya.
Keesokan harinya aku kembali ke rumah Irfan dengan nenekku karena Nenekku bilang ingin mengucapkan terima kasih kepada Irfan dan Keluarganya karena sudah mau menolongku kemarin. Saat kami tiba di rumah Irfan kebetulan Mama Irfan sedang merawat tanaman bunga yang berada di halaman rumah Irfan. 
“Pagi Tante” ucapku setelah berhadapan dengan Mama Irfan. 
“Zahra” ucap Mama Irfan Surprize dan langsung memelukku. “gimana keadaanmu?” tanya Mama irfan lagi, 
“Alhamdulillah Saya sudah baikan kok Tante makasih ya udah mau ngerawat saya kemarin” jawabku membuat Mama Irfan tersenyum dan mengajak kami berdua masuk.
Semenjak hari itu hubunganku dengan Irfan membaik dan kami mulai hidup rukun walau terkadang masih ada pertikaian diantara kami namun pertikaan itu tidak separah dulu. Karena sekarang baik aku ataupun Irfan sudah menyadari porsi kami masing – masing dan selalu berusaha tidak terpancing emosi jika salah satu dari kami sedang emosi. jelas saja perubahan itu membuat orang – orang  yang mengetahui bagaimana buruknya hubungan kami dulu menjadi heran tidak terkecuali Wina cewek yang pertama kali mempertemukanku dengan Irfan dalam suatu insiden yang menjadi awal dari buruknya hubungan kami berdua.
“Kamu kenapa Win kok senyum – senyum gitu?” tanyaku heran saat melihat Wina senyum – senyum gak jelas setelah melihat Irfan membantuku mengerjakan tugas Fisika. 
“gak kenapa sich aku seneng aja ngeliat kamu bisa baikan sama Irfan. gak kayak dulu kayak Tom and Jerry yang selalu ribut kalau ketemu” jawab Wina tertawa membuatku langsung menghentikan kegiatan menulisku dan memukul kepala Wina dengan pulpen yang aku pegang, Wina cengengesan. 
“Hm.. aku juga gak nyangka hubunganku sama Irfan bisa rukun gini tapi aku seneng n lega juga coz aku capek sich perang terus sama dia” jawabku dengan pandangan menerawang.
“Wah.. kayaknya bakalan ada yang jadian nih habis ini” ucap Wina tanpa dosa dan buru – buru lari keluar kelas aku mengejarnya namun langkahku langsung terhenti karena bertabrakan dengan Irfan yang hendak masuk kelas membuat posisiku jatuh tepat diatas tubuhnya hal itu membuat Wina dan teman – teman yang berada ditempat itu langsung memandang kami kaget dan mulai ribut menggodai kami membuatku malu dan buru – buru berdiri, namun Irfan menarikku membuatku kembali jatuh di dalam pelukannya dan entah disengaja atau tidak bibir kami bertemu membuat kami berciuman tentu saja kejadiaan ini membuat siswa – siswa yang berada di tempat itu makin gila menggodai kami.
“Apaan sich Fan” ucapku jutek mendorong tubuh Irfan dan berbalik pergi karena tidak kuat menahan malu yang amat sangat akibat peristiwa itu. tapi langkahku langsung terhenti ketika Irfan datang dan memelukku dari belakang. 
“LEPAS” protesku keras sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Irfan tapi Irfan tidak mau melepaskanku dan tetap memelukku. 
“Kenapa harus lari sich Ra?” tanya Irfan lembut. Membuatku refleks berbalik. namun aku tidak menyadari karena gerakan mendadak itu lagi – lagi bibir kami bertemu dan kami kembali berciuman hal itu membuatku kaget dan berusaha melepaskan diri tapi aku tidak berdaya Irfan terlalu memegang kendali sehingga aku hanya bisa pasrah dan menangis saat irfan menciumku hal itu membuat Irfan langsung menghentikan sikapnya itu dan memandangku.
“kenapa Kamu nangis Ra?” tanya Irfan bingung. 
“Aku malu Fan, lagian kenapa kamu ngelakuin ini sich?” tanyaku kesal. 
“Karena aku sayang sama kamu dan aku pingin milikin kamu” ucap Irfan lembut membuatku kaget dan sempat kehilangan kata – kata.
 “Kamu bercanda Fan?” tanyaku emosi mendorong tubuh Irfan tapi Irfan tidak melawan dia malah mengenggam tangaku dan serius memandangku. 
“Aku gak bercanda Zahra aku ngelakuin ini supaya satu sekolah ini tau kalau aku sayang sama kamu n aku pingin milikin kamu” ucap Irfan lantang membuat siswa – siswa yang sempat ribut langsung terdiam karena terkesima melihat kejadian itu.
“Cukup Irfan jangan dilanjutin lagi” protesku langsung berbalik tapi lagi-lagi Irfan menarikku kedalam pelukannya
. “Aku serius Zahra aku sayang sama kamu aku cinta sama kamu, kamu mau kan jadi milik aku” tanya Irfan berusaha terdengar rileks walau aku tau saat ini Irfan sedang grogi banget karena menahan malu. Sempat terbesit ide untuk mengusilinya namun melihat keseriusan dan pandangan Irfan saat itu aku jadi tidak tega untuk mengerjainnya.
” Ya.. aku mau” jawabku singkat sambil tersenyum membuat Irfan tersenyum lebar dan memelukku erat. 
“Makasih ya Ra” ucap Irfan senang.
Setelah itu terdengar suara teriakan dan tepuk tangan yang membahana dari sekitar kami aku lupa kalau sekarang kami masih ada di sekolah, saat menyadari hal itu aku lemas dan jatuh terduduk membuat Irfan sempat kaget dan buru – buru bersimpuh di depanku. 
“Kenapa Ra?” tanya Irfan heran.
 “kita masih di sekolah Fan tapi kita malah” ucapku terhenti aku malu untuk melanjutkan kata – kataku yang ingin berkata soal pelukan dan ciuman yang kami lakukan tadi aku malu banget dan langsung menutup wajahku dengan kedua tanganku. Irfan tersenyum. 
“Udah gak usah malu gitu toh kamu gak sendirian masih ada aku yang juga akan menanggung resiko dari kejadian ini” jawab irfan bijak, langsung memelukku dan membantuku berdiri.
“ada apa ini? Kenapa kalian ribut kayak pasar?” tanya para Guru yang datang karena penasaran mendengar suara ribut dari arah luar ruang guru. 
Ada yang habis jadian Bu, Pak” ucap seorang cowok entah siapa karena saat ini para murid tengah memenuhi koridir sekolah tempat terjadinya peristiwa yang tidak di duga sekaligus romantis yang terjadi antara aku dan Irfan saat itu. 
“Irfan, Zahra ada apa ini?” tanya Ibu Angel wali kelas kami saat melihat kami berdua berada di tengah kerumunan itu.
 “Gak ada apa – apa Bu” jawab Kami berbarengan.
“Bohong” ucap para Siswa yang mengelilingi tempat itu membuat Ibu Angel bingung dan menyuruh kami mengikuti Belia keruangannya saat itu juga. setelah mendengar cerita Irfan tentang apa yang terjadi tadi Ibu Angel tersenyum, 
“ya ampun Ibu kira ada apa, Ya udah kalian silahkan kembali kekelas jam pelajaran sudah dimulai” jawab Ibu Angel bijak tapi saat kami hendak keluar dari ruangan itu Ibu Angel mencegah. 
“Selamet ya Fan, Ra semoga hubungan kalian langgeng” ucap Bu Angel tulus yang serempak kami aminin.
Sepanjang perjalanan kembali kekelas Kami di sambut dan di antar dengan godaan – godaan para murid dan ucapan selamet yang bertubi – tubi dtang membuat kami seolah menjadi selebritis dadakan yang berhasil mendapatkan Penghargaan. Walau malu aku hanya bisa pasrah menjalani itu semua.
 Irfan yang menyadari hal itu langsung merangkulku membuatku menoleh kearahnya dan aku lihat senyum bahagia menghiasi wajah irfan seolah menyuruhku untuk enjoy aku tersenyum.
Sesampainya di kelas kami disambut teriakan dan histeria kebahagiaan teman – teman kami apalagi Wina yang langsung menghampiriku dan memelukku sekaligus cipika – cipiki kepadaku. 
“Selamet ya Ra” ucap Wina bahagia, 
“Thanks Win” ucapku singkat karena malu. “Irfan selamet ya n jaga Zahra baik –baik supaya gak diembat orang” ucap Wina tersenyum menjabat tangan Irfan. 
“So Pasti, Zahra kan milik aku seorang so bakalan aku jaga baik – baik deh” jawab Irfan tersenyum,
“apaan sih Fan” ucapku memukul pelan lengan Irfan tapi Irfan hanya tertawa.
Setelah hari itu Kami berdua menjadi buah bibir para siswa serta guru yang mengetahui kejadian itu bahkan aku gak nyangka kejadian itu direkam oleh Wina dan siswa lain yang entah dapet ide dari mana untuk mendokumentasikan semua peristiwa itu. kamipun menjadi legenda yang terkenal di sekolah itu. 
Awalnya aku risih dan berniat meminta kepada semua orang yang mempunyai video kami berdua untuk menghapus video itu tapi seperti yang sudah aku duga mereka tidak mau menuruti permintaan itu.
“Sayang kamu gak malu apa Video kita kesebar gitu?” tanyaku pada Irfan saat kami tengah duduk berdua di ruang osis. 
“Enggak tuh kenapa Mesti Malu?” tanya Irfan cuek. 
“tapi Yank..” ucapanku langsung terhenti karena Irfan memelukku. 
“ udah biarin aja Sayang toh itu buka video porno jadi kamu santai aja ya” Ujar Irfan santai membuatku terpaksa mengalah. Namun dengan seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan itu semua dan tidak mau ambil pusing karena masalah itu. 




Pasrahku padaNYA Sang Maha Kuasa

Tidak semua yang kita ingini bisa kita dapatkan…  Tak jarang apa yang kita inginkan dan perjuangkan dengan banyak usaha dan air mata hanya...