Ananda


ANANDA


Aku Tak tau sampai kapan Aku seperti ini, berpura-pura setiap saat seolah-olah Kau hanya sahabat biasa bagiku namun  sebenarnya aku sangat menyanyangiMu”.
          Hai Semua perkenalkan namaku ANANDA VILIA PUTRI, oleh teman-teman Aku biasa dipanggil Lia tapi oleh orang terdekatku aku biasa dipanggil Nanda. Diatas adalah ungkapan hatiku yang hanya bisa Aku pendam dalam hati. selama ini aku mencintai dan menyayangi Adit Sahabatku namun aku tidak berani mengatakan dan menunjukannya pada Adit. Aku takut merusak persahabatan kami dan aku takut melukai hati Vita sepupuku yang baru 1 bulan ini menjalin hubungan dengan Adit.
Awalnya aku sedih, dan amat kecewa atas keputusan Adit itu tapi Aku juga tidak mau merusak kebahagian Adit dan Vita sehingga dengan berat hati Aku merelakan Adit untuk Vita. Aku ingat  disuatu sore yang cerah saat Aku dan Adit sedang latihan basket Adit mengatakan semua isi hatinya kepadaku dan bilang akan menyatakan perasaanya pada Vita pada hari Valentain 2 hari lagi, saat mendengar perkataan Adit itu aku seperti disambar petir sore hari, aku tidak menyangka kalau Adit benar-benar menyukai Vita, aku kira dia hanya sebatas kagum saja pada Vita yang cantik dan pintar, namun ternyata dugaanku itu salah.
 “ Kamu kenapa Nan?” Tanya Adit saat melihatku mendadak bengong.
 “eh gak kenapa-kenapa kok Dit” ucapku berbohong tetapi jawabanku itu tidak dipercaya Adit dan dia masih memandangku tajam membuatku salah tingkah namun Aku berusaha mengelak dan Aku bersyukur karena kecurigaaan Adit padaku bisa hilang.
Hari Valentain tiba sesuai rencana malam itu Adit menjemput Vita di rumah dan mengajak Vita pergi, setelah mereka meninggalkan rumah tinggalah Aku dan mamaku yang memandang heran ke arahku, “ Tumben Kamu gak ikut pergi Nan?” Tanya Mamaku heran.
” Nanda lagi males keluar Ma” ucapku singkat. “Ya udah deh Ma Nanda masuk kamar dulu ya” pamitku pada Mama yang dijawab anggukan Mama.
Di Kamar aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca buku, mendengarkan musik dan Facebookan, namun tetap saja itu semua tidak bisa membuat hatiku tenang karena yang ada di otakku saat itu Cuma Adit dan Vita.
            Beberapa jam kemudian saat Aku sedang duduk di samping jendela kamar Aku mendengar suara mobil Adit membuat kakiku refleks melangkah untuk menghampiri Adit di bawah, namun mengingat Vita Aku langsung mengurungkan niatku. Tidak lama kemudian Aku mendengar suara langkah menuju kamarku dan aku langsung berpura-pura sedang chatingan.
“Tok…Tok...” terdengar suara ketukan pintu,
“ Ya masuk” sahutku singkat, setelah pintu terbuka berdirilah Vita dengan muka sumringah dan dia langsung menghampiriku dan memelukku, “Nan Aku udah jadian sama Adit, aku senang banget” ucap Vita berapi-api,
 “ Wah selamet ya” ucapku berusaha tersenyum tegar.
“ Thanks ya Nan” jawab Vita melepas pelukannya setelah itu Vita langsung menceritakan apa saja yang terjadi tadi saat Adit menyatakan perasaannya. Saat mendengar cerita Vita hatiku semakin hancur, ingin rasanya Aku menjerit meminta Vita menghentikan ceritanya namun aku tak kuasa melakukannya sehingga dengan sangat berat hati aku berusaha tetap tersenyum seolah Aku ikut bahagia mendengarkan cerita Vita. baru saja Vita selesai bercerita handphonenya berbunyi dan Vita bilang itu telepon dari Adit dan Vita langsung pergi meninggalkan kamarku.
Sepergian Vita Aku segera mengunci pintu kamarku dan Aku langsung menumpahkan segala kesedihan dan kekecewaanku melalui tangis. saat sedang menangis itu handphoneku berbunyi dan itu adalah telpon dari Adit walau berat aku tidak mau menjawab telpon itu Karena Aku tidak mau Adit tau Aku menangis.
Keesokan paginya Aku bangun lebih awal Aku tidak tau sudah berapa lama aku menangis yang aku tau mataku terasa panas dan terlihat bengkak, tapi itu tidak cukup karena saat ingat ucapan Vita semalam aku merasa air mataku ingin mengalir kembali namun aku berusaha menahannya, aku tidak mau membuat mataku makin bengkak karena menangis. tidak lama kemudian Mama datang membawa sarapan kekamarku karena aku bilang mau sarapan dikamar. Saat melihat mataku bengkak Mama kaget dan mulai mengintrogasiku, setelah aku menceritakan semuanya mama hanya bisa diam dan memintaku untuk sabar dan tegar.
Siang harinya saat Aku sedang duduk di teras depan rumah, Adit datang. “Hai Dit, Vita lagi keluar tuh” jawabku setelah Adit duduk disampingku, tapi bukannya menjawab Adit malah langsung memegang keningku, “ apaan sih Dit” protesku sambil memindahkan tangannya dari keningku.
 “ Kata Vita Kamu sakit?” Tanya Adit prihatin hal itu membuatku sedikit kaget dan aku tau itu pasti kerjaan Mama supaya Vita tidak mengajakku pergi hari ini.
“ Hei kok malah bengong sich, kamu sakit apa?” Tanya Adit mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku.
 “iya tadi pagi badanku agak panas tapi sekarang panasnya udah turun kok jadi gak usah khawatir deh” jawabku santai
“ Yee.. siapa juga yang khawatir, GR” ucap Adit jutek,
“ alah ngaku aja deh, kalau enggak ngapain juga kamu dateng-dateng langsung meriksa keadaanku dan nanya aku sakit apa enggak?” ucapku meledek Adit dan menyenggol bahunya hal itu membuat Adit gemas dan mencubit pipiku,
 “ Adow sakit tau Dit” protesku cemberut tapi Adit malah tertawa, “Iii.. jahat banget sih kamu Dit teman lagi sakit malah diketawain” ucapku pura-pura marah tapi Adit tetap saja tertawa, “ ADIT DIEM” perintahku keras dan beranjak bangun tapi Adit mencegahku dan memegang tanganku memintaku untuk duduk kembali,
 “ iya deh  maaf aku gak bermaksud ngetawain Kamu kok” jawab Adit serius, “ Jangan marah ya” rayu Adit terseyum.
 “ Gotcha” ucapku sambil tertawa membuat Adit kaget dan makin gemas padaku dan langsung mengejarku yang sudah berlari ke halaman belakang rumah,
“Nah kena Kamu Nan” ucap Adit setelah berhasil menangkapku dan memelukku dari belakang.
“ADIT” ucap seseorang dibelakang kami hal itu membuat kami refleks menoleh, kami kaget banget saat melihat Vita sudah berdiri dibelakang kami membuat kami berdua saling melepaskan diri.
 “Vit ini gak seperti yang Kamu fikirin” jawab Adit bingung sedangkan aku hanya bisa diam.
 “apaan sich Dit, santai aja lagi Aku gak kenapa-kenapa kok” jawab Vita tersenyum dan melangkah menghampiri kami hal itu membuat Aku dan Adit menghela nafas lega.
 “ Nanda gimana keadaanmu?” Tanya Vita lagi, “Alhamdulillah aku udah baikan kok Vi, Thanks ya buat perhatian-Mu” ucapku tersenyum.
Keesokan harinya saat Aku tiba di sekolah Rahma sudah menungguku, dan saat dia melihatku dia langsung menghampiriku, “ Pagi Nanda, tumben gak bareng sama Adit?“ Tanya Rahma saat melihatku datang sendirian. Belum sempat Aku menjawab pertanyaannya Adit sudah datang dengan Vita sambil bergandengan tangan hal itu membuat Rahma mengeryitkan alis ke arahku,
“Pagi Nanda, Pagi Rahma” sapa Vita saat sampai ditempat kami.
 “Pagi juga Vita” jawab kami berbarengan. “ Oke deh semua Aku kekelas dulu ya” ucap Vita pada kami yang di jawab anggukan Adit.
Setelah Vita pergi Rahma langsung memandang Adit seolah meminta penjelasan untuk apa yang dilihatnya barusan, “Aku udah jadian sama Vita Ma” jawab Adit tersenyum.
“WHAT??” ucap Rahma refleks, “Kamu serius Dit?” Tanya Rahma gak percaya,
“ iya aku serius, emang Nanda gak ada bilang sama kamu ya?” Tanya Adit heran Rahma menggeleng kali ini giliran Adit yang mengeryitkan alis ke arahku,
“Eits santai Dit, tadi aku udah mau bilang tapi belum sempat Aku bilang Kamu udah datang sama Vita, ya udah Kamu jawab sendiri deh pertanyaan Rahma itu” ucapku dengan tampang polos tanpa dosa membuat Adit gemas dah langsung mencubit pipiku,
“ Adow sakit tau Dit” protesku dengan tampang jutek.
 “ hehe… maaf deh habis kamu lucu sich” jawab Adit santai. “emangnya boneka lucu?” ucapku sewot langsung melangkah menuju bangkuku.
“ Hei tunggu Nan” ucap Adit memegang pergelangan tanganku,
“ada apa lagi Adit?” tanyaku setelah berbalik memandangnya, “kenapa pas itu Kamu gak jawab telponku?” Tanya Adit langsung tanpa basa-basi,
“O,,pas itu aku udah tidur Dit maka-nya gak ngankat telponMu deh, Maaf yow” ucapku santai sambil menepuk bahunya pelan,
“ trus kenapa paginya Kamu gak nelpon aku balik?” Tanya Adit lagi,
“Pulsaku habis Dit dan Aku gak bisa beli karena pas itu kan Aku lagi sakit” jawabku berbohong untuk membela diri membuat Adit terdiam sejenak dan kemudian tersenyum hal itu membuatku bersyukur karena penjelasanku diterima Adit.
Istirahatpun tiba saat aku dan Adit sedang berjalan beriringan menuju kantin terdengar suara wanita
“ Adit” ucap seorang cewek dari dalam kelas yang kami lewati,dan itu adalah suara Vita. Setelah Vita berkumpul bersama kami Aku segera pergi karena kebetulan Rahma datang dan memintaku untuk menemaninya ke koperasi.
 “Nanda sejak kapan Adit jadian sama Vita?” Tanya Rahma tiba-tiba saat Kami keluar dari koperasi.
“Sejak malam Valentain Ma, emang kenapa?” tanyaku heran.
“ terus Kamu baik-baik aja kan?” Tanya Rahma lagi membuatku makin heran.
“ iya aku baik-baik aja emang kenapa sich Ma?” tanyaku semakin penasaran.
 “Kamu gak usah bohong deh Nan Aku tau kok sebenarnya kamu sedih dan kecewa banget kan karena Adit gak milih kamu melainkan Vita sepupumu” ucap Rahma panjang lebar
“apaan sich Ma, jangan ngelantur gitu deh ngomongnya” ucapku pura-pura tertawa.
 “Nanda Aku udah kenal Kamu dan Adit dari dulu jadi Aku tau gimana hubunganmu sama Adit” ucap Rahma serius.
“Maksudmu apa sich Ma aku gak ngerti deh” ucapku polos.
“ udah deh Na Kamu gak usah ngeles terus Aku tau kok kalau Kamu sebenarnya suka sama Adit kan?” tebak Rahma langsung tanpa basa-basi membuatku kaget
 “apaan sich Ma jangan bikin gosip deh, Adit itu sahabatku kali” ucapku tertawa.
“oke, kalau gitu ikut aku” ucap Rahma langsung menyeretku ke halaman belakang sekolah.
“ngapain kita kesini Ma?” Tanyaku heran sambil memandang keliling taman, tapi Rahma tidak menjawab dan duduk di kursi yang terletak didekat kami.
“Sekarang kamu pandang mataku Nan dan bilang Kamu gak suka sama Adit” ucap Rahma serius sambil terus memandangku, “kok diem Nan jawab donk” desak Rahma. membuatku kehilangan kata-kata.
“Oke, jujur aku memang ada perasaan sama Adit tapi PLEASE jangan bilang sama siapa-siapa ya tentang ini Aku gak mau jadi bahan gosip” pintaku pada Rahma.
Rahma diam sejenak sebelum berkata “ oke, terus Kamu mau gimana sekarang Nan?” tanya Rahma memandangku penuh tanya.
Aku juga gak tau Ma yang jelas Aku tetap mencintainya walaupun Aku tidak mungkin bisa memilikinya namun aku sudah cukup bahagia bila dia berada disampingku, sedih memang tapi aku yakin ini jalan terbaik buat kami, kalau memang dia jodohku pasti dia akan menjadi milikkuJawabku panjang lebar membuat Rahma terkesima dan memandangku kagum
“Wow kata-katamu dalam banget Nan” jawab Rahma tersenyum.
 “Sumur kali dalam” ucapku tertawa ,
“ Hehe… Aku serius tau Nan, malah ketawa” ucap Rahma ikutan tertawa.
“Oke..oke, Thanks ya Ma buat pujiannya” jawabku sambil terseyum.”sering-sering aja ya Ma muji Aku” lanjutku sambil tertawa
 “Huh ngarep” ledek Rahma tersenyum.
 “ya udah balik kekelas yuk bentar lagi bel masuk nich” ucapku sambil melirik jam tanganku namun Rahma segera mencegahku,
“ada apa Ma?” tanyaku heran
“Nanda Kamu sabar aja ya, mungkin bentar lagi Kamu bakalan dapat cowok yang bisa gantiin posisinya Adit di hatimu kok” jawab Rahma tersenyum sambil melangkah pergi.
 “ kok Kamu bisa ngomong gitu Ma?” tanyaku heran tetapi Rahma hanya tersenyum penuh misteri membuatku makin heran.
Keesokan harinya saat aku baru masuk gerbang sekolah Aku bertabrakan dengan seorang pria, “ Hei kalau jalan pakai mata donk jangan pakai kaki aja” omel orang itu langsung.
“ Hei kamu tuh yang jalan – jalan gak pakai mata” balasku kesal. “apa lihat-lihat” Jawabku galak saat cowok itu memandangku tajam. kemudian kami saling membalikan badan dan melangkah pergi. Sepanjang perjalanan menuju kelas aku masih terbawa emosi karena peristiwa tadi
“ dasar cowok gila” teriakku kesal membuat orang-orang disekelilingku refleks memandangku tapi Aku tidak perduli.
“ Pagi Nanda” sapa Rahma
 “Pagi” balasku jutek.
“ Kamu kenapa Nan kok jutek banget sich” tanya Rahma heran, duduk di bangkunya yang berada tepat di depanku. Belum sempat aku jawab Adit datang
“ Pagi Nanda pagi Rahma” sapa Adit ramah.
“Pagi” jawab kami berbarengan.
 “ Kamu kenapa Nan kok tampangmu jutek gitu” tanya Adit heran sambil meletakan tas di meja.
“Tau tuh Dit  datang-datang Nanda udah jutek gitu bikin Bt aja” protes Rahma cemberut.
“Sorry deh Ma Aku lagi kesel nih gara – gara ketemu sama cowok gila” jawabku masih emosi.
“cowok gila?” tanya Rahma dan Adit bareng.
 “iya cowok gila” ucapku kesal dan menceritakan peristiwa menyebalkan tadi pagi mendengar ceritaku, Rahma dan Adit bukannya simpati malah tertawa membuatku makin kesal dan aku segera melangkah keluar kelas.
Saat Aku berjalan melewati toilet pria, lagi-lagi aku bertemu dengan cowok yang tadi pagi bertabrakan denganku dan lagi-lagi kami bertabrakan.
 “Kamu lagi, Kamu lagi. Kamu beneran gak punya mata ya jalan nabrak terus?” omel cowok itu lagi,
“ eh kalau ngomong di jaga ya kamu tuh yang gak punya mata” balasku gak kalah emosinya dan langsung melangkah pergi kali ini aku bener – bener emosi banget dan aku berharap gak akan ketemu lagi sama cowok gila itu.
Bel masuk berbunyi Aku segera kembali kekelas disana sudah ada Adit dan Rahma yang sedang mengobrol dan saat mereka melihat aku masuk Rahma segera menghampiriku
 “Nan maaf ya soal tadi Aku dan Adit gak bermaksud ngetawain Kamu kok, Beneran deh, iya kan Dit” tanya Rahma pada Adit yang dijawab anggukan kepala Adit,
“iya gak apa-apa, tapi lain kali jangan gitu lagi ya” ucapku pada mereka.
 “Siip” jawab Rahma mengacungkan ke dua ibu jarinya.
“Oke bos” jawab Adit langsung merangkul Nanda.
 “ By The Way Kamu kenapa Nan kok kayaknya lagi emosi gitu?” tanya Adit saat melihat tampangku yang emosi.
 “aku ketemu lagi sama cowok gila itu” jawabku jutek, “sumpah ya tuh cowok bener-bener nyebelin banget, Aku gak mau ketemu lagi sama dia” lanjutku penuh emosi.
 “ Sabar Nan, emang dia ngapain Kamu sich?!” sambar Rahma sebelum Adit bersuara membuat Adit melotot ke arah Rahma karena dialognya direbut Rahma namun Rahma tidak perduli.
 “udahlah gak usah dibahas lagi bikin emosi aja” jawabKu jutek membuat materi pembicaraan tentang cowok gila itu selesai sampai disitu.
Bel pulangpun berbunyi aku serta teman-temanku yang lain segera berhamburan keluar kelas saat aku sedang melangkah kearah parkiran bersama Vita aku melihat melihat cowok yang dari tadi bertabrakan denganku sedang duduk di kantin, “Sit” ucapku refleks membuat Vita kaget dan reflek menoleh ke arahku.
“Kamu kenapa Nan?” tanya Vita langsung.
“eh… gak ada apa-apa kok Ta udah yuk pulang” ucapku berbohong.
            Seminggu kemudian saat aku baru pulang dari latihan basket aku mencium bau kue dari arah dalam rumah dan Aku langsung melangkah ke arah dapur disana aku melihat Bibi sedang sibuk membuat kue.
“Hai Bi lagi buat apa sich?” tanyaku penasaran,
 “ini lagi Bantu Non Vita bikin kue Non katanya mau ada acara nanti malam” jawab Bi Ami,
“O..gitu, trus Vitanya mana?” tanyaku celingukan kesekeliling rumah belum sempat Bibi menjawab Vita sudah turun dari kamarnya,
“Hai Nan udah pulang” sapa Vita saat melihatku,
“Yups, emang mau ada acara apa nanti malam Ta?” tanyaku balik.
“Belajar kelompok Nan soalnya 2 hari lagi tugas kelompoknya dikumpul” jawab Vita tersenyum,
“O..gitu, ya udah aku bantuin deh bikin kuenya tapi aku mau naruh ini dulu ya sekalian  mau mandi” ucapku langsung melangkah ke kamar untuk bersiap-siap.
“Oke deh Nan Thanks before ya” ucap Vita tersenyum.
 “Sip” ucapku singkat sambil mengacungkan jempol. 15 menit kemudian aku kembali dan segera bergabung dengan Bi Ami dan Vita untuk membuat kue.
            Malam  harinya saat aku baru datang dari Mini Market aku melihat garasi rumahku penuh dan Aku yakin teman-teman Vita sudah datang sehingga Aku berinisiatif untuk lewat pintu belakang karena Aku tidak mau menganggu konsentrasi Vita dan teman-temannya. Namun saat Aku masuk lewat pintu belakang bertepatan dengan saat seorang cowok keluar dari toilet
“KAMU” ucap kami sama kagetnya,
 “ngapain Kamu disini?” tanyaku langsung belum sempat cowok itu menjawab Vita datang dan ikutan kaget saat melihatku sudah ada di situ,
 “Nanda Kamu kapan datengnya?” tanya Vita heran,
 “baru aja” jawabku singkat
. “oya Nan kenalin ini Robi temanku dan ini Nanda sepupuku” ucap Vita memperkenalkan kami berdua tetapi Vita jadi heran karena kami tidak mau berjabatan tangan
“Hei kalian kenapa sich kok gak jabatan tangan?” tanya Vita heran belum sempat aku jawab handphoneku berbunyi dan Aku segera pamit menuju kamarku dalam hati Aku bersyukur karena bisa pergi dari tempat itu dan bisa menghindar dari pertanyaan Vita.
Sesampainya di kamar setelah selesai telpon-telponan emosiku kembali muncul aku juga gak tau kenapa setiap melihat cowok itu bawaaanku selalu emosi aku gak menyangka kalau aku kembali bertemu dengan cowok menyebalkan itu padahal aku berharap tidak akan bertemu lagi dengan cowok menyebalkan itu tetapi ternyata doaku ini tidak dikabulkan oleh yang Kuasa,
“Sial kenapa sich aku harus ketemu sama cowok gila itu lagi? Mana dia tau rumahku lagi sekarang” ucapku kesal pada diriku sendiri.
Satu jam berlalu dan aku mendengar suara mobil serta motor keluar dari garasi dan pergi meninggalkan rumahku setelah Aku yakin semua teman vita sudah pergi aku segera turun ke bawah untuk mengambil minum namun ternyata lagi – lagi aku bertemu dengan cowok menyebalkan itu karena ternyata dia masih ada di rumahku.
“Kamu kok belum pulang sich?” tanyaku langsung saat melihat dia masih ada di rumahku,
“emangnya kenapa? Kamu mau ngusir Aku ya?” balas cowok itu jutek.
“Hei… hei… kalian ini kenapa sich dari tadi kok bertengkar terus?” tanya Vita heran saat melihat kami adu mulut.
 “ gak ada apa-apa kok” jawab kami bersamaan
“ ya udah deh Vit aku pamit dulu ya” ucap Robi dan segera melangkah pergi.
“Oke deh hati – hati ya Bi” jawab vita tersenyum.
Keesokan harinya saat Aku baru pulang dari latihan basket hujan turun dengan derasnya dan sialnya saat hujan deras seperti itu mobilku mogok sehingga harus masuk bengkel dan Aku harus naik angkutan umum untuk pulang, saat sedang menunggu angkutan umum “BYURR” datanglah sebuah mobil yang langsung menerjang genangan air didepanku, sehingga air itu mengenai tubuhku dan membuat tubuhku semakin basah kuyub dan kotor, setelah itu mobil itu mundur kembali dan berhenti tepat di depanku dan betapa kesalnya aku saat tau siapa pengemudi mobil itu, “ ya dugaan kalian benar dia adalah Robi orang yang saat itu paling Aku benci” melihat tubuhku yang basah kuyub dan kotor dia tertawa tanpa dosa dan pergi begitu saja.
“ROBI SETAN!” teriakku kesal namun suaraku hilang ditelan gemuruh hujan yang turun dengan derasnya. Hal itu membuatku semakin membencinya dan aku benar-benar tidak mengerti mengapa Robi sangat menyebalkan dan senang sekali membuatku marah.
            Semenjak hari itu hubunganKu dan Robi jadi semakin buruk dan kami selalu bertengkar setiap kali bertemu Aku juga tidak tau kenapa setiap bertemu dengan Robi ada saja masalah yang terjadi dan membuat Kami adu mulut bahkan bertengkar. Hal itu sudah diketahui oleh semua orang yang berada disekitar kami dan mereka semua hanya bisa diam tanpa komentar begitu juga dengan Adit, Rahma dan Vita yang sudah kehabisan kata untuk menasehatiku supaya berdamai saja dengan Robi namun baik Aku maupun Robi tidak mau menuruti nasehat dan perkataan orang – orang itu dan terus mempertahankan peperangan kami. Hingga suatu hari takdir berkata lain dan mengubah jalan hidup kami menjadi lebih baik dan membuka lembaran baru untuk hubunganku dengan Robi.
Pagi itu keadaan tubuhku sedang tidak fit tetapi aku tetap memaksakan diri untuk masuk sekolah karena akan diadakan ujian hal itu membuat keluarga dan teman dekatku yang mengetahui keadaanku cemas,
“Sayang Kamu yakin mau masuk sekolah?  Kamu kan lagi sakit” tanya Mamaku cemas saat melihatku hendak berangkat sekolah,
 “udahlah Ma gak usah cemas gitu, Nanda baik – baik aja kok jadi Mama gak usah khawatir ya” ucapku menenangkan Mama, walau berat Mama terpaksa menuruti keinginanku itu.
Sesampainya di sekolah Aku melihat Adit yang baru saja keluar dari parkiran dan saat melihatku datang Adit kaget dan langsung menegurku
“Ya ampun Nan Kamu kan lagi sakit ngapain sekolah sich?” protes Adit langsung.
 “Aku mau ikut ujian Dit” jawabku polos.
“iya-iya aku tau tapi kan Kamu bisa nyusul ujiannya” ucap Adit lagi namun begitu melihat ekspresi wajahku yang memelas Adit langsung menghela nafas dan terpaksa mengalah
“Oke tapi kamu gak boleh jauh – jauh dari Aku ya” pinta Adit
 “emang kenapa?” tanyaku heran,
“biar aku bisa mantau keadaanMu” jawab Adit serius
 “Oke Bos” ucapku tersenyum. sesampainya di kelas Rahma menunjukan reaksi yang sama seperti Adit tadi tapi melihat kesungguhanku Rahma luluh juga dan terpaksa mengalah seperti Adit.
Ujianpun selesai dan Aku merasa keadaanku semakin parah namun Aku tetap bertahan aku berfikir  “ini keputusanku jadi aku gak boleh membuat orang lain cemas” tapi apa daya keadaanku tidak bisa diajak kompromi saat akan menuju toilet bersama Rahma Aku merasa mataku berkunang-kunang dan kemudian semua menjadi gelap yang Aku ingat Cuma suara Rahma yang berusaha membangunkan aku.
Saat aku membuka mata aku sudah berada di kamarku yang bernuansa hijau muda dan disampingku sudah duduk berkeliling Mama, Adit, Rahma dan Vita yang langsung tersenyum lega ketika melihaku sadar,
“Alhamdulillah kamu sudah sadar Sayang” ucap Mama tersenyum sambil memelukku.
“Nanda kenapa Ma?” tanyaku polos,
 “tadi kamu pingsan” jawab Mama singkat
“untung ada Robi datang dan langsung membawamu ke UKS “ lanjut Vita
“terus Aku langsung manggil Adit dan Vita deh, terus Adit gendong Kamu ke mobil dan sampailah Kita di sini” sambar Rahma melanjutkan cerita Vita, saat mendengar cerita mereka ber dua aku kaget banget karena ternyata orang yang paling aku benci sudah mau menolongku.
 “ nah maka dari pada itu mulai sekarang Kamu baikan aja ya sama Robi dia kan udah mau nolong kamu hari ini” pinta vita tersenyum namun Aku hanya diam.
Malam harinya saat Aku sedang merenung di kamar seseorang datang dan betapa senangnya aku saat tau Adit datang,
“Hai Dit” sapaku lemah.
“Hai juga, gimana keadaanmu?” tanya Adit langsung duduk disampingku.
 “masih lemes Dit” jawabku pelan, kemudian Adit langsung memerikasa keningku.
“Panasmu masih tinggi” ucap Adit pelan,
“Iya, tapi Kamu gak usah cemas aku gak apa-apa kok” jawabku tersenyum membuat Adit ikutan tersenyum gak lama kemudian Vita datang, tetapi baru sebentar Vita diam di tempatku Bi Ami datang
 “Non Vita ada telpon dari temannya Non” ucap Bibi langsung memberikan telponnya kepada Vita dan mereka berdua langsung pergi meninggalkan kamarku.
“ Kamu kenapa Dit?” tanyaku heran saat melihat ekspresi wajah Adit yang beda dari biasanya,
 “eh.. gak kenapa-kenapa kok Nan, mending Kamu tidur aja ya biar besok keadaanmu jadi lebih fit” jawab Adit santai.
“gak mau, Kamu kenapa sich Dit kok kayaknya sedih gitu?” tanyaku heran hal ini membuat Adit tediam sejenak dan menghela nafas berat sebelum berbicara,
 “Aku sudah putus sama Vita Nan” jawab Adit sedih.
 “Kok bisa?” tanyaku kaget sekaligus heran.
 “Kami udah gak cocok Nan makanya Kami mutusin untuk mengakhiri hubungan kami” jawab Adit sedih, mendengar cerita Adit aku langsung mendadak diam Aku sendiri tidak tau apa yang seharusnya Aku rasakan, Jujur ada perasaan senang di hatiku karena Adit sudah putus dari Vita tapi ada juga perasaan sedih yang menghinggapi hatiku dan aku tidak tahu kenapa aku bisa merasa seperti itu.
 “Hei.. kok Kamu bengong Nan?!” ucap Adit menyadarkanku dari Lamunan yang mendadak menghampiriku,
 “e.. gak ada apa-apa kok Dit, Sorry ya kalau pertanyaanku tadi bikin kamu sedih” jawabku pelan Karena merasa tidak enak hati.
“apaan sich Nan Kamu gak ada salah apa-apa kok jadi buat apa minta maaf” ucap Adit tersenyum.
“Oke sekarang malam udah makin larut nich Kamu istirahat ya Nan” pinta Adit lembut sambil merapikan selimutku.
“Oke deh Dit aku istirahat dulu” jawabku tersenyum.
“Adit” ucapku menghentikan langkah Adit yang akan keluar kamar,
“ ada apa Nan?” tanya Adit setelah berbalik dan menghampiriku
 “Kamu yang sabar aja ya Dit, Aku yakin Kamu bakalan dapet cewek yang mungkin jauh lebih baik dari Vita kok” ucapku tersenyum
“Thanks ya Nan untuk doannya Aku harap itu juga berlaku buat kamu ya!” balas Adit tersenyum,
“Amin” jawabku singkat.
“ya udah istirahat deh Nan Aku juga mau langsung pulang nich!” pamit Adit padaku
 “oke deh titi dj ya” jawabku singkat,
 “Thanks Kamu juga cepat sembuh ya” ucap Adit membelai kepalaku
“Thanks” jawabku singkat, Aditpun segera meninggalkan kamarku dan aku langsung memejamkan mataku, setelah Aku mendengar suara mobil Adit yang pergi menjauh.
Keesokan harinya aku terpaksa tidak masuk sekolah karena keluarga dan teman – temanku tidak mau kejadian kemarin terulang kembali, saat sedang duduk termenung handphoneku berbunyi dan itu adalah telpon dari Rahma yang menayakan keadaanku dan dia bilang pulang sekolah mau datang menjenggukku.
“Tok..Tok..” terdengar suara ketukan pintu “ Ya masuk” jawabku singkat setelah pintu terbuka berdirilah Rahma dan Vita yang langsung menghampiri ranjangku.
 “gimana keadaanmu Nan?” tanya Rahma langsung setelah meletakan parcel buah yang dibawanya di meja samping tempat tidurku.
“Udah agak mendingan Ma, Thanks ya dah mau jengguk Aku” ucapku pelan
 “Yoi deh Nan sama-sama” jawab Rahma tersenyum. “oya Adit bilang entar sore dia datang jenguk kamu, soalnya sekarang ini dia lagi ada urusan sih!” ucap Rahma sebelum Aku bertanya.
“O..gt” jawabku singkat.
 “Eh Nan tadi si Robi nanyain kamu lho” jawab Vita tersenyum usil.
“Yups bener tuh Nan maunya sich tadi kita ngajakin dia kesini Cuma dianya gak mau tuh” ucap Rahma melanjutkan cerita Vita.
“apaan sich kalian ini, kalian sendiri kan tau gimana buruknya hubunganku sama dia jadi ngapain juga dia datang kesini nyari masalah aja” ucapku sewot
 “Yee.. kamu jangan gitu donk Nan, Kamu lupa kalau kemarin Robi yang sudah gendong kamu ke UKS” ucap Vita mengingatkanku untuk Jasa Robi kemarin.
“iya sich tapi Aku yakin semua cowok yang ngelihat cewek pingsan di depannya dan dia kenal sama cewek itu pasti bakalan di tolong kok” jawabku cuek.
 “iya sich tapi kan kalian musuhan kok dia mau sich nolong musuhnya?” tanya Rahma polos.
“Aduch udah deh jangan ngomongin cowok itu lagi bikin moodku jadi jelek aja sich” protesku yang langsung diturutin oleh Rahma dan Vita.
Sore harinya saat Rahma sudah pulang Vita masih menemaniku dan saat Vita sedang melihat – lihat obatku yang ada di meja Aku teringat kata – kata Adit semalem dan akupun langsung menayakan masalah itu
“Ta Kamu udah putus sama Adit ya?” tanyaku tanpa basa – basi membuat Vita kaget dan langsung menghentikan kegiatannya meneliti obat,
“Kamu tau dari Adit ya?” tanya Vita balik, Aku mengganguk
“sejak kapan kalian putus dan karena apa kalian putus?” tanyaku lagi,
“kami udah putus sekitar seminggu yang lalu Nan dan Kami putus karena udah gak  cocok” jawab Vita sambil menghela nafas berat dan wajahnya terlihat sedih.
 “Sorry Ya Ta kalau aku buat Kamu sedih” jawabku pelan dengan perasaan bersalah.
“udahlah Nan Kamu gak perlu minta maaf aku gak kenapa-kenapa kok, mending sekarang Kamu istirahat ya” ucap Vita terseyum.
Dua hari berlalu hari ini keadaanku sudah membaik sehingga aku bisa kembali masuk sekolah dan saat menunggu Adit memarkirkan mobilnya Robi datang tapi Aku segera membuang muka dan pura-pura tidak melihatnya
“kayaknya Kamu udah sembuh ya, syukur deh kalau gitu” ucap Robi tersenyum dan langsung melangkah pergi hal ini membuatku kaget sekaligus heran,
 “tumben tuh orang bisa kalem? Pakai senyum segala lagi” ucapku dalam hati,
“Hei Nan Kamu kenapa? Kok tampangMu aneh gitu?” tanya Adit heran.
 “eh.. gak ada apa – apa kok Dit udah yuk ke kelas” ucapku pada Adit dan langsung diturutin Adit.
Semenjak hari itu sikap Robi berubah dia tidak lagi mengajakku bertengkar setiap kali Kami bertemu bahkan dia selalu tersenyum manis setiap kali kami berpapasan membuatku makin bingung, tetapi Aku berusaha mencari tau alasan dari perubahan sikap Robi itu. suatu hari saat aku hendak menuju kelas Aku melihat Robi keluar dari kelasnya dan entah mengapa pikiran usil segera muncul di otakku dan Aku sengaja menabrak Robi namun reaksi Robi tidak seperti biasanya, dia tidak mengomel melainkan tersenyum dan pergi meninggalkan aku begitu saja tentu saja hal itu membuatku merasa bingung sekaligus aneh.
Keesokan harinya saat aku sedang berjalan sambil membaca sms aku kembali bertabrakan dengan Robi dan aku tidak menyia – nyiakan waktu itu untuk mengomelinya, “Hei jalan pakai mata donk jangan pakai kaki aja sakit tau” ucapku pura – pura marah namun lagi – lagi reaksi yang ditunjukan Robi di luar dugaanku kerena dia masih saja tidak membalas omelanku
“Sorry Nan aku gak sengaja” ucap Robi pelan dan langsung membantuku bangun tetapi bantuan itu aku tolak.
Sesampainya di kelas aku jadi termenung mengingat peristiwa aneh yang terjadi antara diriku dan Robi akhir – akhir ini hal itu membuat Adit yang sedang bermain hp heran
“Kamu kenapa Nan, Kok bengong?” tanya Adit heran,
“Aku lagi bingung nih Dit” jawabku seenaknya,
“bingung kenapa?” sambar Rahma yang baru datang. hal ini membuat Adit melotot pada Rahma karena lagi-lagi dialognya diambil Rahma.
 “Aku ngerasa Sikap Robi berubah” ucapku polos
 “berubah gimana?” tanya Rahma langsung, belum sempat aku jawab bel masuk sudah berbunyi dan Guru Bahasaku sudah datang membuat obrolan Kami tentang Robi berakhir sampai disitu.
Bel Pulang sekolahpun berbunyi saat Aku sedang berjalan bersama Adit, Rahma dan Vita menuju parkiran Robi datang dan seperti biasa dia selalu tersenyum jika berpapasan denganku hal itu membuat Adit, Vita dan Rahma Surprize sekaligus heran.
“Tumben Robi senyum ketemu Kamu Nan?” tanya Rahma heran,
“iya tumben” ucap Adit mendukung perkataan Rahma.
“Lho bukannya bagus ya kalau Robi bersikap gitu, itu tandanya dia udah insyaf?” ucap Vita datar,
“Maksudnya?” tanyaku heran
“ya iyalah itu berarti udah gak ada lagi yang berantem sama Nanda setiap kali ketemu” ucap Vita sok bijak. 
“iya sich tapi sejak kapan dia jadi gitu sama kamu Nan?” tanya Rahma penasaran.
 “ Gak inget, yang jelas sekarang Dia udah gak pernah ngajak Aku berantem lagi setiap kali Kami ketemu” jawabku datar sambil menerawang membuat Adit, Vita dan Rahma saling berpandangan bingung.
Hingga suatu hari aku tau alasan dari semua perubahan sikap Robi padaku, Saat itu aku sedang menjenguk temanku di rumah sakit dan ketika melewati sebuah kamar aku mendengar suara orang yang sedang menangis awalnya aku tidak memperdulikan suara itu namun saat mendengar namaku disebut langkahku langsung terhenti dan aku segera melangkah ke depan kamar itu dari kaca pintu aku melihat Robi terbaring lemah di ranjang putih itu sedangkan seorang wanita duduk disebelahnya, aku melihat wanita itu memandang Robi dengan pandangan cemas dan sedih. Tanpa sadar aku membuka pintu kamar itu,
“ Nanda!!” ucap Robi kaget saat melihat aku datang.
Saat itulah aku tau kalau umur Robi tinggal sebentar lagi awalnya Robi bersikeras untuk tidak memberitahukan hal itu kepadakau tapi atas desakan dan bujukan wanita yang menungguinya Robi mau menceritakan semuanya kepadaku termasuk perasaan dia ke aku selama ini.
“ Ananda Maafin aku ya kalau selama ini aku selalu aja buat kamu kesel, emosi dan marah. sebenarnya aku juga gak mau bersikap gitu ke kamu dan pingin bisa bersikap biasa aja sama kamu supaya kamu tau kalau sebenarnya Aku tuh sayang banget sama kamu dan pingin banget bisa jadi pacarmu. Tapi apa daya takdir yang tidak mengijinkanku untuk bersamamu” ujar Robi dengan wajah sedih.
“Udah dua tahun ini aku menderita kangker otak dan dokter bilang hidupku udah gak lama lagi makanya aku selalu berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan orang lain, supaya aku tidak merasa berat saat harus meninggalkan dunia ini. Dan mereka semua tidak merasa terlalu kehilangan saat Tuhan memanggilku. Tetapi disaat waktu hidupku tinggal sebentar lagi aku malah bertemu denganmu” ujar Robbi berusaha tegar sambil memandangku sekilas. Menarik nafas sejenak dan melanjutkan perkataannya. “dan entah sejak kapan aku menyukaimu bahkan menyayangimu. Tapi perlu kamu tau :
Cintaku padamu bagaikan mentari yang akan selalu menyinari hidupmu sepanjang hari.  Walau jarak dan waktu memisahkan kita, cintaku tetap hanyalah untukmu”.
Dua bulan berlalu Robbi benar – benar membuktikan ucapannyan dia pergi selama – lamanya akibat penyakit kangker yang dideritanya, walau aku masih menyimpan rasa kesal padanya tapi aku tidak bisa memungkiri diri sendiri bahwa saat Robi pergi Aku merasa ada yang hilang dari hidupku bahkan ada rasa bersalah akan sikapku selama ini ke dia tapi aku harap dia tenang dialam sana. Sekarang aku bersyukur karena setelah bersabar dan menunggu sekian lama aku berhasil mendapatkan hati Adit cowok yang selama ini aku sayang.  

Pasrahku padaNYA Sang Maha Kuasa

Tidak semua yang kita ingini bisa kita dapatkan…  Tak jarang apa yang kita inginkan dan perjuangkan dengan banyak usaha dan air mata hanya...