JODOH PENGGANTI (Event Cerpen Belahan Jiwa di Ae Publishing dan Sastraindonesia)





Langit jingga yang indah menghiasai langit angkasa sore itu. Sepasang pemuda dan pemudi tengah duduk dilapangan terbuka dengan sepasang sepeda gayung disebelahnya. Mereka tengah beristirahat setelah lelah bersepeda mengelilingi komplek perumahan yang mereka tempati. Sang pemuda bernama Muhammad Zakariah dan sang pemudi bernama Fatimah Desy Almaira. Mereka ada sepasang sahabat yang sudah berteman sejak mereka kecil.
“Aza kamu tahu gak belahan jiwa adalah tulang rusuk kita yang terikat dengan benang merah sejak kita lahir yang ditunjuk dengan jalan jalan berbeda oleh Allah. Ada yang jalannya lurus - lurus aja ada juga yang penuh liku yang pastinya membawa makna tersendiri buat sepasang sejoli yang sudah ditakdirkan Allah untuk bersatu suatu hari nanti.” Ujar Desi panjang lebar.
“Iya tahu Desya, tapi kenapa tiba-tiba ngomong gitu?” Tanya Zakariah heran.
“Sayang banget aku gak bisa nemuin belahan jiwaku sendiri ya Za, kan kamu tahu sendiri gimana tradisi dikeluargaku.” Jawab Desy sedih. Zakariah terdiam mengingat tradisi yang berkembang di keluarga besar Desy. Sebenarnya Zakariah tahu siapa calon yang sudah orang tua Desi siapkan untuk menjadi pendamping Desi suatu hari nanti namun Zakariah memilih untuk menyimpan rahasia itu hingga tiba waktunya Desi tahu.
Zakariah merangkul Desi, “Siapapun jodoh kamu nanti aku yakin Allah udah nyiapin yang terbaik buat kamu.” Desi memandang Zakariah antara penasaran sekaligus pasrah akan nasib asmaranya.
“Ya udah Des pulang yuk udah mau magrib entar dicari keluarga lagi.” Ucap Zakariah mulai menaiki sepedanya Desi mengikuti.
Sesampainya dirumah setelah mereka berpisah Zakariah menemukan mobil saudaranya terparkir digarasi rumahnya. Perlahan Zakaria masuk dan benar dugaannya kalau keluarganya dan keluarga Yusuf sedang berkumpul diruang tamu.
***
“Hai Zak, habis sepedaan ya?” sapa ibunda Yusuf memeluknya.
“Iya tan, udah lama disini tan?” Tanya Zakariah mencium tangan orang tua Yusuf.
“Lumayan, kata ibumu kami datang lima menit setelah kamu berangkat sepedaan sama Desy, gimana kabar calon menantu tante, sehat kan? Tanya Ibunda Yusuf.
“Alhamdulillah baik tan,Yusuf mana tan?” Tanya Zakariah. Belum sempat ibunda Yusuf menjawab Yusuf sudah datang dan bergabung bersama mereka.
“Hai bro, apa kabar?” sapa Yusuf menjabat tangan Zakariah dan memeluknya.
“Allhamdulillah, baik, kamu gimana?” Tanya Zakariah balik.
“Alhamdulillah baik juga, kangen nih sama Desy, habis magrib kami semua mau makan malam bareng sekalian ngomongin soal perjodohan, gak terasa akhinya Desy bakalan tahu kalau kami dijodohin.” Ujar Yusuf tersenyum bahagia.
Zakariah tahu kalau saudaranya itu memang mencintai Desy sehingga Yusuf tidak menolak saat orang tuanya akan menjodohkannya dengan Desy. Terlihat sekali raut wajah rindu diwajah Yusuf.
“Makasih ya Zak udah mau jaga and nemenin Desy selama aku kuliah diluar kota.” Lanjut Yusuf bahagia. Zakariah mengangguk dan  pamit untuk mandi. Ada rasa sedih yang menghampiri hati Zakariah karena menyayangi Desy melebihi sahabat namun Zakariah harus memendam rasa itu dalam-dalam dihatinya karena perjodohan yang menimpa Desy dan Yusuf.
***
 “Aza kamu udah tahu soal perjodohanku sama Yusuf ya?” Tanya Desy langsung saat mereka bertemu keesokan harinya.
“Iya Desya maaf ya aku gak nginfo kamu lebih dulu, aku ngerasa gak punya hak buat ikut campur untuk urusan itu.” Jawab Zaky tak enak hati, dan makin merasa tak enak hati saat melihat Desy menangis.
“Please jangan nangis Desya, maafin Aku ya karena udah ngerahasiain ini semua dari kamu.” Ucap Zakaria tak enak hati memeluk Desy erat. Hati Zakariah juga hancur karena kejadian ini.
Dia tahu kalau Desy tidak menginginkan perjodohan ini namun dia tak bisa berbuat apa-apa karena itu adalah tradisi turun temurun di keluarga besar Desy. Namun ternyata Allah punya rencana lain lagi untuk Desy, Zakariah dan Yusuf.
Malam itu saat keluarga hendak membicarakan lebih lanjut mengenai perjodohan Desy dan Yusuf peristiwa tidak terduga terjadi. Yusuf jatuh pingsan saat mereka semua tengah berkumpul dirumah Desy. Dari situlah mereka tahu kalau Yusuf mengidap kangker darah stadium 4 dan umurnya tidak akan lama lagi.  
“Sabar ya Nak, semoga Allah kasih keajaiban buat kesembuhanmu.” Doa ibunda Yusuf berusaha menahan tangis.
Saat semua keluarga beranjak keluar kamar, yusuf menahan mereka, “Ayah, Ibu maafin aku karena gak bisa meneruskan amanah kalian lagi. aku gak mau Desy jadi janda saat aku pergi nanti” Ujar Yusuf sedih, membuat kedua orangtuanya terdiam tak bisa menjawab.
“Zakariah tolong gantikan posisiku buat jadi pendamping Desy ya, aku sayang sama dia tapi aku tahu kamu bisa gantiin posisi aku dengan baik. karena aku yakin kalian berdua sebenarnya saling membutuhkan satu dan yang lain.” Lanjut Yusuf mulai  menitikan air mata membuat suasana haru makin memenuhi ruangan itu.
Benar saja dua bulan sejak vonis dokter itu Yusuf dijemput Sang Ilahi. Desy bersedih karena kejadian itu namun Desy juga tidak bisa memungkiri kalau kepergian Yusuf itu menghadirkan rasa lega dihatinya karena tidak harus menikah dengan laki-laki yang tidak dia cintai.
“Desya maafin aku ya kalau buat kamu tetap ngalamin perjodohan yang gak kamu inginin.” Ujar Zakariah sedih saat mereka semua hendak mempersiapkan pernikahan mereka.
“Kamu itu ngomong apa sih Azza?” protes Desya memandang Zakariah yang menunduk. “Azza kamu tahu gak kalau apa yang dibilang yusuf itu benar, aku butuh kamu Azza, aku ngerasa ada yang kurang saat kamu gak ada disampingku.” Lanjut Desya tersenyum membuat Zakariah mendongak memandang Desya penuh Tanya.
Senyum merekah dibibir Zakariah saat mendapati semu merah dipipi Desy. Zakariah tidak menduga kalau selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Perlahan dia memeluk Desy pandangan mereka tertuju kelangit biru yang cerah.
“Terimakasih Yusuf, semoga kamu tenang disana.” Ujar Zakariah tersenyum.
“Aamiin.” Jawab Desy. Kecupan lembut mendarat dikening Desy menambah semu merah karena malu dipipinya yang putih. 

***  
Nb : Karya yang aku tulis untuk Event lomba Cerpen dengan tema Belahan Jiwa yang diadain Ae Publishing dan Sastra Indonesia bulan Mei Kemarin. Walau gak masuk daftar pemenang tapi bersyukur masih dapat sertifikat 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pasrahku padaNYA Sang Maha Kuasa

Tidak semua yang kita ingini bisa kita dapatkan…  Tak jarang apa yang kita inginkan dan perjuangkan dengan banyak usaha dan air mata hanya...